Sedangkan pihak SMK menyediakan fasilitas gedung berlantai dua, bangunan yang sudah mulai dibuat diperkirakan akan menelan biaya mencapai Rp 300 juta yang berasal dari dana komite sekolah. Direncanakan peruntukannya pada lantai atas sebagai tempat marketing sales atau penjualan, sekaligus after sales service atau perawatan dan perbaikan produk suzuki, sedangkan di lantai bawah sebagai ruang training center atau ruang praktek guru dan siswa jurusan otomotif.
Awalnya hanya seputar sepeda motor saja. Namun setelah dilakukan pengamatan oleh pihak Prodi Otomotif, melalui Janu Triwahyudi, S.Pd dengan pihak Suzuki, ternyata di kawasan pantai selatan banyak para nelayan yang menggunakan motor tempel pada kapal mereka bermerek Suzuki. Karena itu, kerjasama ini sekaligus meliputi dua hal, otomotif sepeda motor dan mesin kapal nelayan.
Janu menjelaskan besarnya peluang bentuk kerjasama ini. Sebagaimana diketahui belum ada bengkel yang melayani perawatan berkala maupun perbaikan mesin kapal di wilayah DIY, sehingga para pengusaha dan nelayan harus membawa ke Semarang bahkan ke kota Jakarta untuk memperbaiki dan mendapatkan suku cadang mesin kapal mereka. Karena itu menjadi alasan yang logis jika di Saptosari ada bengkel yang menyediakan perawatan sekaligus penyediaan suku cadang mesin kapal adalah peluang usaha yang menjanjikan.
“Dengan beberapa pertimbangan kongkrit, kita optimis kerjasama ini akan menuai hasil yang bagus, salah satu upaya meraih pangsa pasar nantinya akan kita gandeng kelompok nelayan di kawasan pantai selatan,” pungkasnya. (Kandar/Jjw).