SEMIN, (KH),— Aneka ragam warisan budaya dari berbagai masa dapat dijumpai di Gunungkidul. Mulai dari masa prasejarah, Hindu-Budha, masa Islam, Kolonial hingga kemerdekaan. Hal ini membuktikan bahwa daerah yang memiliki bentang alam berupa gunung sewu ini memiliki peradaban yang berumur.
Salah satu contoh peninggalan peradaban klasik di Gunungkidul berada di Kecamatan Semin yakni berupa Candi Risan. Berdasar penelitian, Candi Risan merupakan peninggalan pada masa Budha. Hal tersebut diyakini dengan adanya bukti kuat atas ditemukannya arca Budha Avalokitesvara.
Berdasar penuturan Kepala Bidang Pelestarian Warisan dan Nilai Budaya, Dinas Kebudayaan Kabupaten Gunungkidul, Ir Winarsih (Januari, 2017), dalam buku Ragam Warisan Budaya dan Cagar Budaya Gunungkidul, arca yang ditemukan di Candi Risan menunjukkan latar belakang kepercayaan yang dianut adalah Budha.
Sebagaimana diketahui Candi Risan secara administratif terletak di Desa Candirejo. Candi Risan terdiri atas dua buah candi yang berderet dari utara ke selatan. Candi 1 berukuran 13 m x 13 m, sedangkan candi 2 berukuran 11,5 m x 11,5 m.
“Kedua candi menghadap ke barat. Situs candi terletak di atas bukit karst dengan batu penyusun candi yang terkubur di dalam tanah,” terang Winarsih.
Lanjutnya, Situs Candi Risan merupakan bangunan candi yang terbuat dari bahan batu putih. Luas situs candi mencapai sekitar 6.000 meter persegi, sedangkan luas bangunan mencapai 172,5 meter persegi. Dari sejumlah relief candi tersebut terdapat gambar sulur-suluran tumbuhan dan aneka burung.
Hingga sekarang, keadaan situs candi hanya menyisakan bagian kaki dan bagian tubuh candi saja. sementara bagian atap candi sudah mengalami kerusakan parah, sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan pemugaran kembali.
Wiro Suyoto, salah satu penjaga situs Candi Risan mengisahkan, pada tahun 1984 arca Budha Avalokitesvara pernah dicuri orang, lantas sekitar sembilan bulan berikutnya arca tersebut ditemukan di Singapura.
Diketahui, dalam buku diterangkan bahwa Pemerintah Indonesia berupaya mengembalikan arca tersebut pulang ke tanah air. Arca seberat 600 kilogram pada masa itu laku terjual seharga Rp. 270 juta. Saat ini arca disimpan dan diamankan di Kantor BPCB di Yogyakarta.
Secara Ikonografi sebagaimana dikutip dari (Maulana 1997, 110-135) arca Avalokitesvara memiliki panjang 85 centimeter (cm), tinggi seluruhnya 130 cm, dan lebar 56,5 cm. “Arca duduk di atas Padmasana, memakai kritamakuta, hara, kancidama, udarabandha, dan praba pada belakang kepala arca,” urai Winarsih.
Arca tersebut dalam posisi sikap bersila atau vajrasana/ yogasana dengan posisi tangan waramuda, sementara kedua lengannya patah. (Kandar)