Selesai Jalani Isolasi di Shelter Wisma Wanagama, Berikut Testimoni Penyintas COVID-19

oleh -
covid-19
Penyintas COVID-19 diperbolehkan pulang usai menjalani isolasi di Wisma Wanagama. (KH/ Kandar)

GUNUNGKIDUL, (KH),– Fakta bahwa sebagian penyintas COVID-19 enggan menjalani isolasi di lokasi Isolasi Terpusat (Isoter) di Wisma Wanagama tidak ditampik oleh beberapa pihak yang berwenang melakukan penanganan. Banyak alasan yang disebut penyintas saat menolak dirawat di lokasi Isoter.

Penanggungjawab Isoter Wisma Wanagama, dr Jolanda Barahama menyebutkan, masyarakat diantaranya menolak setelah mendengar lokasinya di hutan Wanagama. Padahal, dirinya yakin, penyintas belum tahu kondisi di lokasi isolasi yang sebenarnya.

“Ada pula yang beranggapan bahwa isolasi di sini seperti berada di ruang layaknya di bangsal-bangsal rumah sakit. Padahal tidak,” tandas petugas medis Puskesmas Playen 1 ini saat ditemui di Shelter Wisma Wanagama, Jumat (10/9/2021).

Ia menjelaskan, di Wisma Wanagama, penyintas COVID-19 berada di bangunan rumah model paviliun yang masing-masing memiliki akses dengan lingkungan luar ruangan. Ada dapur serta ruang bersama. Terdapat pula fasilitas Wifi yang memadai. Daya tampung keseluruhan mampu ditempati 51 penyintas.

“Pada pemanfaatan periode ke dua bahkan dilengkapi Instalasi Gawat Darurat (IGD) dengan kapasitas 3 tempat tidur. Ada Tenaga Kesehatan (Nakes) diantaranya dokter dan perawat serta asisten perawat dengan jumlah yang cukup,” rinci dr Jolanda.

Setiap hari, Nakes melakukan pemantauan secara berkala mengenai perkembangan kondisi kesehatan penyintas. Mulai mengecek suhu, kondisi saturasi oksigen, dan tindakan lain secara profesional.

“Kebutuhan asupan makanan dan gizi juga terjamin. Selain dari pihak medis ada keterlibatan BPBD dan Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Gunungkidul dalam melengkapi kebutuhan yang lain,” imbuh dr Jolanda.

Dengan begitu, masyarakat disarankan tidak perlu menolak jika diminta untuk menjalani isolasi di Wisma Wanagama. Sebab, kondisi dan layanan yang diberikan sangat mendukung pemulihan kesehatan penyintas COVID-19.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Gunungkidul, Agus Wibowo Arif Yanto mengutarakan, BPBD juga memiliki tanggungjawab melakukan pengawasan secara umum terhadap pelayanan di shelter Wisma Wanagama.

“Penyediaan shelter menyusul kasus yang meningkat tajam beberapa waktu lalu. Penempatan penyintas COVID-19 di isoter diantaranya juga untuk menekan risiko penularan terhadap orang lain terutama keluarga penyintas,” jelas Agus.

wisma wanagama
Penanggungjawab Isoter Wisma Wanagama, dr Jolanda Barahama berada diantara bangunan Wisma Wanagama yang sejuk dan asri. (KH/ Kandar)

Berdasar pemantauan, pihaknya bersyukur kasus harian belakangan ini melandai. Namun demikian Agus mengajak penyintas baru untuk bersedia ditempatkan di shelter Wisma Wanagama.

“Ada fasilitas akomodasi, konsumsi, layanan Nakes, bahkan oksigen tersedia di sini,” ungkap Agus.

Pihaknya mengakui, petugas BPBD pernah menemui penolakan dari penyintas yang akan dijemput. Alasannya, persis seperti yang disampaikan dr Jolanda. Masyarakat menduga, akan diisolasi di ruang tertutup yang aksesnya dengan lingkungan luar terbatas. Padahal, kenyataannya tidak.

“Penyintas bisa melihat luar ruangan bahkan juga bisa jalan-jalan ke luar dari ruang paviliun ke area yang ditentukan. Berada di sini sangat aman dan nyaman,” ujar dia.

Selama ini, pihaknya juga bersinergi dengan jaringan relawan di tingkat kalurahan untuk membantu agar warga yang terkonfirmasi positif COVID-19 bersedia menjalani karantina di shelter Wisma Wanagama.

Lebih jauh disampaikan, isoman di rumah masing-masing memang tidak dilarang. Hanya saja, ada risiko yang bisa saja dialami penyintas maupun keluarga penyintas. Risiko itu diantaranya yang berkaitan dengan perkembangan kesehatan penyintas. Di luar itu, jika spesifikasi rumah kurang mendukung untuk isoman, maka berisiko menularkan ke anggota keluarga yang lain.

Sementara itu, Kepala Bidang (Kabid) Kesejahteraan Sosial, Dinsos Gunungkidul, Hadi Hendro Prayoga memberikan keterangan berbeda mengenai alasan warga yang lebih memilih isoman di rumah. Keengganan itu ada berkaitan dengan kultur masyarakat yang punya ikatan sosial kuat dengan lingkungannya. Selain itu hal-hal keseharian yang dinilai menimbulkan ‘kenyamanan’ juga turut berkontribusi menjadi alasan masyarakat memilih isoman.

wisma wanagama
Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Gunungkidul, Agus Wibowo Arif Yanto memantau penyintas yang isolasi di Shelter Wisma Wanagama. (KH/ Kandar)

“Misalnya karena biasanya merawat ternak, lalu menjadi khawatir ternaknya tidak ada yang merawat selama isolasi di Wanagama,” ungkap Hendro. Namun demikian, ia yakin, kekhawatiran tersebut tidak akan terjadi. Sebab, saat ini di masing-masing kalurahan bahkan hingga tingkat RT telah terbentuk satgas penanganan COVID-19. Untuk itu, selama salah satu warga dari suatu wilayah ada yang menjalani isolasi, Satgas di tingkat paling bawah akan hadir dan mengambil peran dengan memberikan bantuan seperlunya.

“Selama di sini juga tidak perlu khawatir, dari Dinsos DIY ada jaminan kebutuhan permakanan yang cukup. Ditambah lagi diberikan juga vitamin termasuk madu. Tak hanya itu, penyintas juga difasilitasi alat dan kebutuhan mandi, seperti sabun, shampo dan lain-lain,” papar Hendro.

Sebagai informasi, dari 5 penyintas yang menjalani isolasi di Wisma Wanagama, 1 diantaranya, Adi Widiyatmoko hari ini diperbolehkan pulang karena telah selesai menjalani masa isolai. Sebelum naik ke mobil penjemput, warga Karangtengah, Wonosari ini mengungkapkan, selama menjalani isolasi, ia memperoleh layanan yang optimal.

“Tempat isolasi sangat aman dan nyaman. Menurut saya lebih baik isolasi di sini dari pada isolasi di rumah,” kata Adi singkat.

Persis seperti disampaikan dr Jolanda, Adi mendapat pelayanan yang ramah. Berbagai kebutuhan seperti permakanan dan vitamin serta asupan penunjang imunitas tubuh yang lain tercukupi dengan baik. Pengecekan kondisi kesehatannya juga rutin dilakukan tiap hari oleh para perawat. (Kandar)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar