GUNUNGKIDUL, (KH),– Situs Sokoliman terletak di Dusun Sokoliman II, Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul. Secara astronomis terletak pada koordinat UTM 49M X: 0461967 Y: 9124758. Situs yang menempati area lahan seluas 2000 meter persegi ini berbatasan dengan pekarangan Ngatiran pada sisi timur, pekarangan Juni pada sisi selatan, serta pekarangan Siswanto pada sisi utara dan barat.
Situs Sokoliman merupakan salah satu situs prasejarah dari masa Megalitikum. Tinggalan arkeologis yang ditemukan berupa peti kubur batu, arca menhir dan batu-batu menhir.
Daerah sebaran arkeologis di situs Sokoliman berdasarkan Laporan Pemetaan Situs Kepurbakalaan Desa Sokoliman dan Gunung Bang tahun 1982 oleh SPSP DIY (sekarang BPCB DIY) berada di wilayah Dusun Sokoliman I dan Sokoliman II. Temuan arkeologis di Dusun Sokoliman ditemukan dua buah arca Megalitik yang disebut dengan arca I dan arca II. e.
Dusun Sokoliman II terletak bersebelahan dengan Dusun Sokoliman I. Dusun ini mempunyai situs prasejarah yang luas. Di lokasi ini terdapat dua kelompok situs yaitu Kelompok I dengan tinggalan arkeologis berupa situs kubur batu dan arca menhir, sedangkan kelompok II disebut dengan situs lapangan dengan tinggalan arkeologis berupa arca menhir dan tiang-tiang batu (menhir).
Jenis Tinggalan di Situs Prasejarah masa Megalitikum di Sokoliman
Berdasarkan data inventarisasi BPCB DIY, peninggalan yang terdapat di situs penampungan Sokoliman terdiri atas:
- Kubur batu 5 buah (insitu)
- 7 buah papan kubur batu
- 137 buah batu menhir
Situs Sokoliman merupakan situs prasejarah masa Megalitikum dengan tinggalan arkeologisnya berupa peti kubur batu, arca menhir, dan menhir.
Pada masa Megalitikum, peti kubur batu digunakan sebagai wadah penguburan secara primer, sedangkan menhir merupakan perwujudan tokoh yang telah meninggal dunia.
Menhir juga berfungsi sebagai media pemujaan kepada roh nenek moyang dan sebagai tanda peringatan. Budaya Megalitikum Situs Sokoliman mempunyai keistimewaan di beberapa bagian, diantaranya pada konstruksi kubur batu yang disebut Sponingen dan pada bagian muka arca menhirnya yang dipahat menyerupai wajah manusia.
Situs Sokoliman Diteliti Sejak Zaman Belanda
Sejak zaman Belanda, keberadaan situs-situs Megalitikum di Gunungkidul telah menarik ahli-ahli arkeologi, antara lain arkeolog Belanda bernama JL. Moens pada tahun 1934, serta Van der Hoop (Heekeren, 1951:51 dalam Sumiati AS, 1980: 27). Pada tahun 1968 Haris Sukendar melakukan pengamatan kembali terhadap objek-objek penelitian Van Der Hoop (Sumiati AS, 1980: 27). Berdasarkan pengamatannya arca menhir di Sokoliman memiliki tanda-tanda mulut digambarkan kecil dengan mata bulat, dan hidung pesek.
Pada tahun 1985, Balai Arkeologi Yogyakarta melakukan penelitian dengan menggali tiga buah peti kubur batu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di dalam peti kubur batu ditemukan fragmen rangka manusia, fragmen gerabah, manik-manik, tulang hewan, fragmen logam, dan arang.
Analisis terhadap fragmen tulang manusia diketahui bahwa dari kubur batu D22A terdapat 4 individu, dan dari kubur Batu D22B ditemukan 5 individu, sedangkan dari kubur batu D24B tidak dapat diidentifikasikan karena pecahan terlalu kecil.
Pada beberapa individu tersebut ditemukan bukti adanya mutilasi gigi (pangur). Hasil analisis fragmen tulang hewan menunjukkan adanya 3 jenis hewan, yaitu banteng (bos), rusa (cervus) dan babi (sus).
Temuan fragmen perunggu dan besi tidak dapat diidentifikasikan karena berukuran kecil, Adapun temuan yang berupa manik-manik berjumlah 42 butir, sebagian besar berwarna merah, sedangkan lainnya berwarna hijau dan biru.
Selain itu, juga banyak ditemukan fragmen kereweng sebanyak 6.193 fragmen dengan berat 18,227 kg. Berdasarkan hasil identifikasi temuan gerabah di situs Sokoliman terdiri beberapa bentuk, yaitu periuk, mangkuk, jun, dan kendi.
Berdasarkan penelitian Gunadi Nitihaminoto dan Haris Sukendar, bahwa bentuk-bentuk gerabah berhubungan dengan tahapan penguburan.
Diperkirakan di kubur peti batu Sokoliman paling sedikit telah terjadi 5 (lima) tahap penguburan. Perkiraan tersebut didukung oleh hasil analisa tulang manusia yang dapat diidentifikasikan adanya 4-5 individu dalam satu kubur peti batu (Gunadi, 1989:71).
Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut dapat diketahui bahwa penguburan dengan peti kubur batu di daerah Gunungkidul sudah dilakukan dengan sistem tertentu. Material penyusun struktur peti kubur batu adalah batuan kapur yang dibentuk menyerupai papan-papan batu berukuran tebal antara 10-12 cm, panjang 200-225 cm, dan lebar antara 100-125 cm.
Pengerjaan papan-papan batu tersebut dikerjakan sangat halus dan pada bagian pertemuan antara sisi panjang dan lebarnya dibuat dengan takikan (sponingen). Tiap-tiap kubur batu terdapat patok-patok batu sebagai penguat/penyangga papan batu yang letaknya di sisi bagian luar dengan jumlah dan letaknya yang berbeda-beda antara peti kubur batu satu dengan yang lainnya.
Arah orientasi keletakan peti kubur batu yang masih in situ sebagian besar berorientasi arah timur-barat sesuai dengan orientasi matahari yaitu simbol dari awal kehidupan dari arah timur. (red)