Padukuhan Wedi Utah, Legenda dan Potensi Pasir Mirip Gula yang Dinilai Bak Emas

oleh -5202 Dilihat
oleh
Wedi Utah
Teguh Widodo mengambil sampel pasir yang berada di rongga bukit karst di Padukuhan Wedi Utah. (KH/ Kandar)

GUNUNGKIDUL, (KH),– Padukuhan Wedi Utah, Kalurahan Ngeposari, Kapanewon Semanu, Kabupaten Gunungkidul mempunyai potensi tambang galian yang jarang ditemukan di tempat lain khususnya di Gunugkidul. Sejauh ini potensi tersebut hanya tersedia dalam jumlah banyak di wilayah tertentu di Gunungkidul.

Seperti Namanya, Wedi Utah. Wedi artinya pasir, utah bermakna tumpah. Di Padukuhan tersebut memang punya beberapa blok yang cukup banyak tersedia pasir yang wujudnya mengkilap. Mirip gula pasir.

Keberadaan tanah berpasir itu pula yang melatarbelakangi penamaan padukuhan itu. Penuturan tokoh warga setempat, Teguh Widodo, ada beberapa versi legenda yang membuat wilayahnya dinamai Wedi Utah, sekaligus, menjadi alasan pula di wilayah tersebut terdapat pasir mengkilap.

Belum lama ini, Widodo menceritakan, penamaan padukuhan tempat ia berdomisili bermula pada era atau zaman wali. Zaman wali yang dimaksud merujuk pada awal penyebaran Agama Islam di Nusantara.

“Kata nenek, dulu ada orang memikul beras. Saat itu situasinya sedang mahal bahan pangan. Lantas orang yang memikul beras berbohong, bahwa dia hanya memikul pasir,” kisah Widodo.

Orang tersebut, sambung dia, takut kalau jujur beras akan jadi bahan rebutan. Tetapi, karena yang menanyai adalah seorang wali, orang dengan kelebihan, beras yang dipikul benar-benar berubah menjadi pasir.

“Wali kan orang sakti. Tidak bias sembarangan membohongi,” timpal Widodo.

Beras yang berubah menjadi pasir lantas ditinggal begitu saja. Dari peristiwa itu, dinamailah wilayah tersebut dengan nama Wedi Utah atau bermakna pasir yang tumpah.

Widodo mengungkapkan, selain cerita tutur yang ia beberkan, ada pula legenda versi lain. Diceritakan, dahulu ada wali yang hendak membangun kawasan pantai atau laut. Pasir-pasir sebagai bahannya kemudian dipikul dikumpulkan. Namun, sebelum selesai atau terwujud, malam larut telah berangsur berganti pagi. Pembangunan laut pun gagal.

Di luar folklore tersebut, di wilayah Wedi Utah memang terdapat batuan berpasir. Jenis pasirnya bukan seperti pasir yang biasa ditambang di sungai. Wujudnya mirip gula pasir. Bening mengkilap jika dipisahkan dari batuan kapur atau tanah. Dari penelusuran, pasir tersebut merupakan pasir silika.

Wedi utah
Wujud pasir yang masih bercampur tanah dan bubuk batuan kapur. (KH/ Kandar)

Yang tersedia banyak, tutur Widodo berada di bukit dekat telaga. Dahulu ada penambang yang telah membeli kawasan tersebut untuk ditambang. Namun, usai digali dengan alat berat dan sempat dikirim ke Cibinong, kegiatan penambangan dihentikan pihak berwenang.

“Kebetulan saya juga terlibat dalam proses pengiriman pasir-pasir dari sini. Sudah lama sekitar tahun 2000-an. Bukitnya bahkan sudah dibeli untuk ditambang seharga Rp20 juta,” ungkap dia.

Widodo menambahkan, tambang pasir di wilayahnya sangat bernilai. Empat kubik yang ia antar dibayar seharga Rp800.000. Untuk ukuran awal 2000-an, jumlah uag tersebut cukup banyak.

Sepengetahuannya, pasir di wilayah tersebut dilindungi atau dilarang untuk ditambang. Sehingga beberapa kali percobaan penambangan yang akan dilakukan selalu dilarang.

Oleh penambang, dia bahkan diminta mengecek atau mencari di luar Wedi Utah. Ia menemukan Kawasan dengan tambang serupa di wilayah Kalurahan Ponjong. Prediksi luasannya mencapai sekitar 25 hektar. Namun, tak juga berlanjut hingga ke kegiatan penambangan karena terbentur regulasi.

“Kalau penambangan berlanjut wah, warga sini bias kaya. Sebab bernilai sekali, kayak emaslah,” tukas Widodo. (Kandar)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar