Sedulur Lajon JL2: Pergi untuk Kerja, Pulang Buat Tercinta

Sedulur Lajon JL2: paguyuban para pekerja lajon dari Gunungkidul. Pergi buat kerja pulang untuk tercinta menjadi semboyannya. Foto: Sedulur Lajon/KH.

“Pendek kata, paguyuban Sedulur Lajon adalah wadah pemersatu para penglaju atau pekerja lajon. Di sini, kami tidak membeda-bedakan latar belakang anggota. Entah dari kalangan apapun, di sini kita sama. Dengan aspal yang sama dengan tujuan yang sama, kita sebagai pelaku perjalanan untuk bekerja. Ciri khas kita adalah taat peraturan, siap sedia respon cepat, terus membuat penyadaran ketika masih ada pengendara yangg ugal-ugalan atau ngawur. Kita terus berusaha menegakkan budaya keselamatan dalam berkendara,” ungkap Angga.

“Alhamdulillah, puji syukur, komunitas Sedulur Lajon ini sudah didaftar dan diakui oleh Polres Gunungkidul. Kami terus menjalin komunikasi dengan Satlantas Polres Gunungkidul. Sebagai komunitas pelaku perjalanan dan pengguna jalan, kami terus memuput rasa tanggung jawab di jalan raya, dan bersikap rendah hati. Kami ini sebenarnya paguyuban yang masih kecil. Kami berusaha untuk dapat menjaring dan mempersatukan para penglaju,” kata Dody.

Bacaan Lainnya

Dody menambahkan, komunitas Sedulur Lajon ini juga sengaja tidak disusun sebagai organisasi ketat kepengurusannya. Ia dan rekan-rekannya sepakat, tanpa adanya ketua dimaksudkan biarlah anggota paguyuban ini berjalan bersama seperti air yang bebas mengalir. Ia meyakini, paguyuban akan tetap berjalan hingga besar tanpa keterbebanan satu sama lain sesuai kodrat kehidupan yang terus berkembang.

Meski paguyuban ini baru berusia setahun lebih, rasa persaudaraan para penglaju ini memang luar biasa tinggi. Kesediaan untuk beristirahat sejenak di pos perhentian (Angkringan Kali Pentung) ketika perjalanan pulang kerja setiap sore hari adalah wujud rasa setia kawan dan persaudaraan. Mereka akan saling bantu secara cepat setiap permasalahan dan kendala para penglaju dalam berkendara.

Pekerja lajon beristirahat sejenak di Angkringan Kalipentung sebelum melanjutkan perjalanan pulang. Foto: Sedulur Lajon/KH.

Kebersamaan dan kelincahan pergerakan paguyuban yang tanpa kepengurusan formal ini memang sangat bertumpu pada kemajuan teknologi informasi. Mereka memanfaatkan jejaring grup Facebook dan Whatssapp untuk saling berkomunikasi antar anggota maupun dengan pihak terkait. Untuk itu, kelima penggagas komunitas ini sepakat menjadi admin komunitas. Dibantu 3 anggota komunitas, yaitu Angga Pravita, Muhammad Habib, Ahmad Rahman, maka ke delapan admin ini akan merespon secara cepat apapun yang dibutuhkan para anggota komunitas maupun pihak lain yang berhubungan dengan komunitas ini.

“Sekali lagi, keanggotaan kita dari berbagai latar belakang dan kalangan. Ada yang pekerja kantoran swasta, pekerja sektor informal, dan juga para pegawai pemerintahan. Ada yang pengendara motor, ada pula yang pengendara mobil. Pokoknya semua bersaudara karena semua adalah pekerja penglaju,” tutur Angga.

“Spirit kami itu sluman, slumun, slamet. Artinya kami berusaha bergerak lincah dan cepat tetapi yang utama adalah keselamatan. Itu karena kami menyadari, bahwa kami pergi untuk bekerja dan pulang untuk yang tercinta, yaitu anggota keluarga kami, ” pungkas Angga. (Tugi Widi).

 

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar

Pos terkait