WONOSARI, (KH).- Komunitas atau paguyuban ini terbilang sangat unik. Atas dasar kesamaan melaju di atas aspal jalanan setiap pagi-sore sejauh pergi-pulang kurang lebih 100 km, mereka para pekerja lajon asal Gunungkidul ini membentuk komunitas yang diberi nama Sedulur Lajon JL2. Sedulur Lajon itu jelas, saudara sesama penglaju. Sedangkan, JL 2 adalah akronim dari Jogja Lantai 2, istilah yang diciptakan kaum milenial yang merujuk pada dataran tinggi Gunungkidul.
Dody Nur Adiyanto, salah satu penggagas paguyuban para pekerja lajon di Yogya Kota yang berasal dari wilayah Gunungkidul menceritakan, bahwa komunitas ini terbentuk sejak 7 Maret 2018 lalu. Kesamaan kebutuhan dan kepentingan sebagai sesama pelaku perjalanan commuter (pergi-pulang) setiap hari untuk untuk bekerja menjadi pemantik tingginya rasa persaudaraan dan saling tolong-menolong sesama anggota komunitas.
“Penggagas komunitas Sedulur Lajon Lajon ada 5 orang mas. Dulu tergabung pada sebuah komunitas sosial, kemudian iseng-iseng bikin grub WA jagongan tukar info pas di jalan. Adapun orang-orang di balik ide gagasan itu adalah Suwandi, Nuryadi, Catur, Ari Subagya, dan saya. Dulu sempat mau dibubarkan, alasannya karena sudah ada grup induk komunitas yang kita sudah pada ikut. Tapi, saya bersikukuh menjawab tidak. Pokokke ojo iki nggo awake dhewe jagongan tukar info neng ndalan,” ungkap Dody.
“Akhirnya pada tanggal 7 Maret 2018 tahun lalu, kita berinisiatif meluaskan jaringan, dan membuka ide untuk mangajak para penglaju dari Gunungkidul untuk bergabung dalam grub Sedulur Lajon. Alhamdulillah, tetap kompak sampai sekarang, anggotanya sudah dari berbagai wilayah Gunungkidul. Bahkan ada anggota dari Jogja dan Kulonprogo (yang bekerja di area Gunungkidul) pun ikut bergabung,” terang Dody.
Dody menerangkan, maksud dan tujuan utama pembentukan komunitas Sedulur Lajon adalah mencari persaudaraan sesama penglaju. Persaudaraan tersebut diwujudkan berupa penyebaran informasi perjalanan, entah itu cuaca, arus lalulintas, kejadian penting, perbantuan kesulitan atau kerusakan kendaraan di jalan, sampai kejadian kecelakaan lalu lintas di sepanjang rute perjalanan penglaju dari Gunungkidul sampai area Yogya Kota dan sekitarnya.
“Setiap pagi dan sore, jam 05.00-09:00 dan jam 16:00-20:00, kami saling bertukar informasi seputar lalu-lintas, cuaca, dan apapun yang kiranya menghambat perjalanan melalui grup WA. Kemudian, setiap sore sebagian anggota ada yang istirahat dan standby di Angkringan Kali Pentung (jalan arah Nglanggeran) guna mengantisipasi adanya trouble pengendara di jalan. Dengan ikhlas kami terkadang melakukan kegiatan malam. Namanya squad jeglongan, yakni ngasih tanda pake cat pilok di sebuah jeglongan agar pengendara lain tidak terkena jeglongan,” imbuh Dody.
Angga Pravita, salah satu anggota komunitas yang juga menjadi admin medsos Sedulur Lajon menerangkan, komunitas ini juga pernah menyelenggarakan bakti sosial dropping air bersih ke wilayah yang kesulitan air. Pernah juga karena adanya informasi warga yang membutuhkan dukungan alat kesehatan, kemudian anggota paguyuban melakukan iuran untuk membeli alat kesehatan dan menyalurkannya. Silaturahmi atau berkunjung antar anggota juga sering dilakukan, misalnya berkunjung pada saat ada rasulan di anggota komunitas dan juga berkunjung saat ada anggota yang sedang sakit.