Sate Kambing Mbah Darmo, Kuliner Di Wonosari Sejak 1956

oleh -
oleh
Menu sate Mbah Darmo. KH/ Kandar.
iklan dprd

WONOSARI, (KH),– Cita rasa olahannya kondang. Namanya juga tak asing lagi di Gunungkidul. Sebab, warung makan ‘Sate Mbah Darmo’ telah dirintis sejak tahun 1956. Kini, warung kuliner olahan daging kambing di kompleks kios Besole, Desa Baleharjo, Kecamatan Wonosari ini dalam setiap harinya dikunjungi tak kurang dari 100-an orang.

Mereka merupakan pelanggan kuliner aneka olahan daging kambing yang dirintis Mbah Darmo. Menu yang disediakan diantaranya, sate, tongseng, gulai, tengkleng serta nasi goreng kambing.

Cucu Mbah Darmo, Anindita Wahyu Pratama (34), saat ditemui di kios bekas terminal lama Wonosari ini, mengisahkan, awal mula dirintis, olahan sate dijual dengan cara dipikul berkeliling.

“Berangkat dari rumah di Gedangsari, Baleharjo sejak pagi menuju terminal depan Pasar Argosari. Taman parkir itu dulu terminal,” kata Dita, Sabtu, (14/9/2019).

iklan golkar idul fitri 2024

Selain berkeliling, kakeknya memang sengaja mengincar pusat keramaian. Terminal dipilih untuk tempat mangkal sementara. Kru angkutan umum serta orang-orang yang naik-turun di terminal menjadi sasaran konsumen yang ingin diraih. Di luar itu, Mangkalnya Mbah Darmo di kompleks depan lapak pasar juga agar dekat dengan lalu-lalang orang ke pasar, termasuk juga agar mudah dijangkau para pamong pemerintahan kabupaten kala itu.

Lelaki yang sebelumnya memilki usaha jual beli palawija ini juga tetap setia melayani pelanggan yang menghadang di sepanjang rute yang dilalui. Baik saat berangkat maupun berjalan pulang.

Cukup lama mbah Darmo menjalani rutinitas pergi-pulang memikul sate. Atas budi baik seorang juragan di Pasar Argosari bernama Mbah Kerto, Mbah Darmo kemudian diberi sebuah kios untuk mangkal berjualan.

Berjualan keliling hingga kemudian mangkal di Pasar Argosari rentang waktunya mencapai 20-an tahun.

Semenjak terminal pindah, Mbah Darmo juga tidak ketinggalan. Ikut pindah pula dari sebelah utara Pasar Argosari ke terminal Besole. Seingat lelaki lulusan Universitas Sanata Dharma ini perpindahan tempat jualan terjadi kisaran tahun 1980-an.

Di tempat baru, Sate Mbah Darmo mendapat julukan ‘sate sor talok’, maksudnya, sate di bawah pohon talok/ kersen. Sebab letaknya selain di seputar pintu keluar terminal Besole juga berada di bawah pohon talok.

Dita mengungkapkan, sebetulnya, resep olahan sate lebih dominan dibuat olah neneknya, alm. Ny Sugiyem. Mbah Darmo lebih berperan menyiapkan kambing menjadi siap olah. Mulai dari membeli, menyembelih, dan membersihkan tiap bagian organ kambing, jerohan, tulang-belulang, kepala dan lain-lain.

Saat remaja seumuran SMP, satu dari tiga bersaudara ini telah dilatih dan disiapkan sang kakek meneruskan usaha jualan sate. Dita selalu diminta bangun tiap pukul 03.30 WIB pagi agar menyaksikan embahnya bagaimana menyembelih kambing.

“Ada teknik menyembelih dan menyiapkan daging hingga siap diolah. Metode yang benar telah terbukti adanya salah satu testimoni pelanggan bahwa olahan daging kami tidak bau kambing,” tutur lelaki tambun ini bangga.

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar