Resmikan TBG, Sri Sultan : Jadikan Inkubator Budaya yang Berdaya Ungkit Ekonomi

oleh -2128 Dilihat
oleh
Taman budaya gunungkidul
Peresmian Taman Budaya Gunungkidul oleh Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengkubuwono x. (KH)

GUNUNGKIDUL, (KH),– Taman Budaya Gunungkidul diresmikan oleh Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengkubuwono X, Senin (20/12/2021) malam. Menandai peresmian, didampingi Bupati Gunungkidul, Sunaryanta, Raja Kraton Yogyakarta itu memukul gong sebanyak 5 kali.

Sri Sultan HB X merasa tepat TBG dibangun di Gunungkidul. Alasannya di Bumi Handayani memiliki jejak peradaban dan budaya yang bernilai tinggi. Diantaranya dengan ditemukannya situs masa klasik yang perlu diteliti lebih jauh mengenai keberadaannya.

“Sepertihalnya Candi Risan, candi tersebut diyakini lebih tua dari Candi Prambanan. Beberapa pendapat mengatakan, Candi Risan memiliki hubungan kebudayaan yang berhubungan dengan Sungai Oya, yang letaknya tak jauh dari candi tersebut,” kata gubenur.

Dia melanjutkan, candi juga dipercaya sebagai saksi sejarah pelarian prajurit Majapahit ke Gunungkidul. Namun, hal itu tidak mungkin karena terdapat perbedaan zaman. Untuk itu, memang perlu penelitian lebih lanjut di situs tersebut.

“Pembangunan TBG merupakan wujud komitmen pemerintah terhadap pengembangan seni dan budaya. Potensi budaya dan seni Gunungkidul yang beragam tentu butuh berbagai sentuhan agar semakin bermakna dan bermanfaat bagi masyarakat ” sambung gubernur.

Pembangunan TBG juga untuk merespon kerinduan masyarakat terutama para seniman dan para pegiat seni serta budaya. Sebab, saat ini semakin dibutuhkan sarana yang representatif, untuk pembinaan dan pelestarian serta pengembangan seni dan budaya.

“Saya berharap kehadiran taman budaya ini semakin memberi manfaat dan menjadikannya embrio aktivasi. Di sini dapat dibuat terobosan-terobosan produktif dengan menjadikannya sebagai inkubator budaya yang memiliki daya ungkit ekonomi,” harap Gubernur.

Dia berpesan agar masyarakat menciptakan budaya baru. Melalui riset-riset sebagai pendukung kesejahteraan ekonomi masyarakat dengan basis budaya. Termasuk meneliti situs peninggalan masa lampau. Selepas TBG diresmikan hendaknya kelak juga dapat mendorong lahirnya kaum kreatif, serta memberi kesempatan untuk menampilkan eksistensinya.

“Geser dominasinya dari budaya ekspresif dan masa silam, ke budaya progresif masa depan yang diwarnai oleh intensi, inovasi dan kreativitas di bidang ilmu teknologi dan industri serta sektor finansial dan perbankan serta ekonomi bisnis,” imbau dia.

Lebih jauh disampaikan, atensi memajukan budaya itu bertujuan mengejar ketertinggalan dari kemajuan bangsa-bangsa barat dan Cina.

“Contohnya, Amerika Serikat telah sukses mengirimkan robotnya ke Matahari, sedang kita berkutat dengan cekcok yang tidak prinsipil yang menghambat persatuan dan kemajuan,” sentil Sri Sultan.

Dia menuturkan, interaksi antara ekosistem budaya, dan alam sekitarnya, seperti Gunungkidul ini, yang terdiri atas bukit karst berupa geoheritage dan lahan kering langka air, mestinya menginspirasi teknologi tepat guna, untuk mendeteksi dan menemukan sumber-sumber mata air di kedalaman tanah.

Sebagaimana slogan warga Gedangsari, menggantikan air mata dengan mata air. Melalui dukungan sumbangan dana dari luar ditambah kekayaan alam sungai bawah tanah seharusnya melahirkan para ilmuwan kepurbakalaan, atau tokoh ternama dari Gunungkidul.

Oleh sebab itu seharusnya, kebudayaan tidak dimaknai dengan sempit dan terbatas pada seni budaya saja, karena sesungguhnya kebudayaan adalah segala hal yang berkaitan dengan keseluruhan hajat hidup manusia.

Gubernur atas nama Pemda DIY menyampaika terimakasih dan apresiasinya kepada semua pihak khususnya bupati Gunungkidul yang memungkinkan atas kerja bersama antara Kundha Kabudayaan DIY dengan Gunungkidul dengan dukungan anggaran dana keistimewaan, sehingga terwujud gedung baru berupa TBG.

“Saya berharap berdirinya TBG diimbangi pemeliharaan dan pelayanan terbaik kepada masyarakat khususnya seniman dan pegiat seni budaya di Kabupaten Gunjngkidul,” pinta Ngarsa Dalem lagi.

Dalam kesempatan yang sama, Sunaryanta mengaku, Pemerintah Kabupaten Gunungkidul belum bisa mengelola dan memelihara gedung sebesar TBG sendirian, tanpa dukungan Pemda DIY. Ke depan pihaknya terus mengharapkan adanya perhatian dari gubernur dan Pemda DIY mengenai pengelolaan dan pemanfaatan gedung.

Senada dengan Sri Sultan, serangkaian pemanfaatan TBG akan diorientasikan pada pelestarian dan pengembangan potensi budaya serta seni yang diantaranya berimplikasi pada kesejahteraan masyatakat.

Sementara itu, Ketua Panitia Peresmian TBG, Agus Kamtono menyebutkan, TBG berada di lahan seluas 2,8 hektar. Fasilitas bangunannya berisi gedung auditorium, amphiteater atau ruang pentas terbuka, serta bangunan pendukung yang terdiri dari bangunan perkantoran, joglo, pertokoan atau kios, masjid, toilet umum, rumah genset, ATM center, pos satpam, kantin karyawan, shelter, mini museum dan lain-lain.

“Pembiayaannya didanai dari Bantuan Keuangan Khusus (BKK) dana keistimewaan dimulai tahun anggaran 2017. Tahapannya dengan pengadaan tanah senilai Rp13,328 miliar. Pada tahun 2018 pembangunan konstruksi tahap pertama senilai Rp12,999 miliar. Kemudian dari 2019 hingga 2021 dilanjutkan pembangunan tahap selanjutnya secara multiyears dengan total anggaran Rp132,70 miliar. Sedangkan untuk manajemen konstruksi sebesar Rp1,9 miliar,” rinci Agus.

Adapun pada tahun 2021 terdapat penambahan tanah seluas 1.245 meter persegi senilai Rp726 juta. (Kandar)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar