PALIYAN, kabarhandayani,– Petani tembakau Desa Pampang dapat tersenyum lega. Hasil panen kali ini dirasa sangat berhasil dan mampu menjadi tambahan penghasilan tersendiri bagi para petani.
Wasnadi (45), adalah salah satu petani dari Padukuhan Pampang yang telah mulai menanam tembakau sejak tahun 2012 yang lalu. “Awalnya saya mencoba menanam sembari mempelajari tanaman tembakau karena air di desa kami mudah didapatkan. Tidak disangka, tanaman ini jauh lebih menguntungkan dibandingkan tanaman maringan (musim kemarau) yang biasanya ditanam,” kata Wasnadi saat di temui di kediamannya.
Kepada KH, ia menjelaskan bahwa biaya tanaman tembakau jauh lebih murah di banding tanaman maringan semacam kedelai dan kacang ijo. “Bagi petani, tanaman ini adalah hasil panen tersendiri saat musim kemarau, karena sebagian petani umumnya tidak bisa menuai hasil panen saat musim kemarau,” jelasnya
Wasnadi sendiri menanam jenis tembakau Sadana yang mempunyai kualitas tinggi untuk warna maupun rasa. Ia bekerja sama dengan PT. Sampoerna untuk penanaman tembakau ini. Untuk bibit disuplai oleh perusahaan, bahkan sampai pada pada penjualannya. “Jadi, untuk pemasaran tidak menjadi permasalahan, karena sudah ada yang mengambil jika barang sudah siap pihak PT akan mengambilnya,” ungkapnya.
Untuk proses tanam hingga panen tanaman tembakau, ia membutuhkan waktu selama tiga bulan. Daun yang dipetik adalah daun sudah berwarna kuning dan berumur lebih dari dua bulan. Menurutnya, tanaman tembakau merupakan tanaman yang tahan hama. Hanya saja cuaca ekstrim kadang mempengaruhi kondisi tanaman tersebut. “Pihak PT mempunyai PPL yang bertugas mengawasi dan memelihara jika terjadi serangan hama setiap seminggu sekali,” tandasnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan, untuk proses pemetikan sampai dengan pengepakan membutuhkan waktu kurang lebih satu minggu. Sebagian petani tembakau Desa Pampang adalah petani tembakau tradisional, dimana cara membuatnya pun masih sederhana. “Setelah daun dipetik kemudian direndam air selama 1 hari. Setelah itu dikeluarkan dari air, kemudian diikat, lalu ditutup dengan plastik agar menguap lalu dipotong dan dijemur selama 2-3 hari. Barulah kemudian tembakau siap dipasarkan,” jelasnya.
Wasnadi sendiri menanam tembakau seluas satu hektar di ladangnya. Hasilnya cukup besar dimana ia sekali panen mampu menjual 7-8 kwintal tembakau kering. Harga jual tembakau jenis Sadana ini sangat tinggi dimana harga paling rendah Rp 20 ribu per kilogram sedangkan harga paling tinggi mencapai Rp 36 ribu per kilogram. “Untuk tembakau yang saya jual, harganya antara Rp 25 – 30 ribu karena ada kelasnya untuk tembakau. Tembakau yang saya panen masuk dalam kelas tengah,” kata ayah dari dua anak tersebut. (Atmaja/Jjw).