GUNUNGKIDUL, (KH),– Kinerja perekonomian Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tahun 2021 mengalami pertumbuhan cukup baik. Hasil pengukuran dari laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan mengalami pertumbuhan sebesar 5,22 persen. Kondisi ini lebih baik dibanding tahun 2020 yang mengalami kontraksi sebesar 0,69 persen.
Peningkatan pertumbuhan ekonomi yang cukup signifikan disebabkan adanya peningkatan mobilitas masyarakat seiring dengan penurunan kasus Covid-19.
Pada tahun 2020 dengan adanya kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) banyak sektor yang harus dihentikan sementara. Kemudian, pada tahun 2021 banyak sektor yang mendongkrak aktivitas perekonomian sudah mulai diizinkan beroperasi kembali. Hal ini lantas berpengaruh pada prtumbuhan ekonomi Gunungkidul sehingga mampu menempati urutan 2 di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)
Pada tahun 2021 PDRB Gunungkidul secara nominal (atas dasar harga berlaku) tercatat sebesar Rp20,42 triliun. Sedangkan PDRB riilnya (atas dasar harga konstan) mencapai Rp14,22 triliun, atau tumbuh sebesar 5,22 persen dari keadaan tahun 2020,” papar Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Gunungkidul, Rintang Awan Eltribakti Umbas, Jumat, (8/4/2022) di ruang Dinas Penanaman Modal Perizinan Terpadu Satu Pintu (DPMPTST) Gunungkidul.
Rintang menyebutkan, penghitungan PDRB tersebut dipotret dari dua pendekatan, yakni dari pendekatan produksi yang terdiri dari 17 kategori lapangan usaha dan dari pendekatan pengeluaran yang mencakup 7 komponen pengeluaran.
Sambungnya, PDRB menurut lapangan usaha, secara keseluruhan tumbuh positif namun dua diantaranya mengalami kontraksi antara lain administrasi pemerintahan dan pertambangan.
“Usaha jasa lainnya di dalamnya usaha jasa wisata mengalami pertumbuhan tertinggi mencapai 18,37 persen, disusul infokom sebesar 16,87 persen dan penyediaan akomodasi, makan, minum sebesar 10,89 persen,” ungkap Rintang.
Adapun struktur perekonomian Gunungkidul tahun 2021 dapat dilihat dari kontribusi yang beragam dari setiap lapangan usaha. Pangsa kontribusi terbesar adalah pertanian, yaitu 23,69 persen. Berikutnya adalah informasi dan komunikasi 9,46 persen, konstruksi 9,44 persen, perdagangan sebesar 8,93 persen; dan administrasi pemerintahan mencapai 8,89 persen.
Selain pertumbuhan sektoral kinerja ekonomi dapat dilihat dari andil pertumbuhan masing-masing lapangan usaha. Infokom memiliki andil tertinggi dalam pertumbuhan ekonomi, yang mencapai 2,04 persen, diikuti konstruksi sebesar 0,87 persen. Andil selanjutnya adalah penyediaan akomodasi dan makan minum serta jasa lainnya masing-masing sebesar 0,61 persen serta 0,60 persen.
PDRB menurut Pengeluaran
Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan terjadi pada seluruh komponen pengeluaran. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada Komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 9,80 persen; diikuti Komponen Ekspor sebesar 8,20 persen; Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (PK-RT) sebesar 2,71 persen; Komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (PK-P) mencapai 1,36 persen; dan Komponen Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non Profit yang melayani rumah tangga (PK- LNPRT) tumbuh sebesar 0,83 persen.
Sementara itu, komponen impor yang tumbuh sebesar 2,68 persen berfungsi sebagai pengurang. Struktur permintaan akhir perekonomian Gunungkidul tahun 2021 masih didominasi oleh komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga dengan kontribusi sebesar 69,43 persen. Kontribusi terbesar berikutnya adalah ekspor yang mencapai 49,52 persen; diikuti oleh Komponen PMTB, yaitu sebesar 29,72 persen; dan komponen konsumsi pemerintah berkontribusi sebesar 15,76 persen. Sementara itu impor dengan kontribusi 66,82 persen menjadi pengurang.
Tinjauan terhadap penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi (source of growth) Gunungkidul dari sisi pengeluaran pada tahun 2021, komponen PMTB dan komponen ekspor memberikan andil terbesar terhadap pertumbuhan yakni masing-masing sebesar 2,39 persen. Konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah masing-masing memberikan andil pertumbuhan sebesar 1,64 persen dan 0,19 persen. Komponen lainnya memberikan andil negatif karena impor yang berfungsi sebagai pengurang.
“Pertumbuhan ekonomi Gunungkidul menduduki peringkat kedua setelah Sleman jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota se Provinsi DIY. adapun untuk Kabupaten Sleman pada 2021 mengalami pertumbuhan 5,56 persen. Capaian tersebut merupakan pertumbuhan ekonomi yang tertinggi di DIY. (Kandar)