Perjalanan GKJ Wonosari Dari Waktu Ke Waktu

oleh -10373 Dilihat
oleh
Prasasti pembangunan GKJ Wonosari saat pembangunan pertama. KH/ Kandar
Prasasti pembangunan GKJ Wonosari saat pembangunan pertama. KH/ Kandar
Prasasti GKJ Wonosari saat pembangunan pertama. KH/ Kandar

WONOSARI, (KH)— Pada tahun 1923 Ds. A. Pos Pendeta utusan di Yogyakarta, mengutus Jemino Darmowasito ke Wonosari sebagai Guru Injil, lalu setahun setelahnya, setelah beberapa waktu berdiri Hulp Hospital Cabang Petronela Hospital Yogyakarta, di Wonosari dibuka sebuah sekolah Zending, Saridjan Wignyohardjono menjadi gurunya yang pertama.

Disampaikan salah satu anggota majelis Gereja Kristen Jawa (GKJ) Wonosari, Agus Suhartanto, berdasar dokumen majelis gereja dan juga penuturan cerita dari tokoh terdahulu, Beberapa tokoh pendirinya yakni; Hardjosuroso yang tak lain Pimpinan RS. Pembantu di Wonosari dan S. Wignyohardjono. Murid-murid yang pertama ada 11 orang, yaitu : Djumijo Djaini Ngadiran Wadijo, Garmono, Muljo, Wagiman, Tukiman, Ngadul, Sumadi, dan Waginah.

Lantas tahun demi tahun penyebaran merambah wilayah-wilayah lain bersamaan dengan berdirinya sekolah-sekolah Zending. Tahun 1925 penyebaran sampai di Jepitu, Rongkop. Orang Kristen pertama bernama Sonokromo. Kemudian disana juga didirikan Sekolah Zending.

“Tahun 1927 sampai di Ngembes Pathuk. di daerah ini Injil Tuhan diterima dengan baik, sehingga pada tahun 1930 di Ngembes telah berdiri sebuah kelompok orang Kristen/Pepanthan,” terang Agus beberapa waktu lalu.

Pada tahun yang sama, juga dengan perantaraan seorang pegawai RS. Petronella, ajaran Injil masuk ke Candi Karangmojo. Lahirlah Pepanthan Candi Jatiayu Karangmojo.

Kemudian Pada tahun 1929 ajaran Kristen merambah masuk ke Wilayah Kalongan Playen. Orang yang pertama-tama menjadi Guru Injil di Kalongan adalah Djajadimedja. Tahun berikutnya sampai di Kemadang Tanjungsari, lantas sekarang Kemadang menjadi sebuah Pepanthan.

“Setelah mengalami berbagai proses dan perkembangan, maka pada tanggal 19 Juli 1931 diadakan suatu Rapat Majelis yang pertama di Wonosari. Dengan peristiwa ini maka dewasa/ berdirilah GKJ Wonosari, sekalipun pada waktu itu belum mempunyai seorang Pendeta yang secara khusus mengurusi/ melayani jemaat Wonosari,” urai Agus.

Bersamaan, Pugeran Semin menerima Firman Tuhan, Mangun Suwita seorang guru klenik dengan perantaraan Petrus (Guru Injil) di Wuryantoro, akhirnya menerima ajaran Injil. Lahirlah Pepanthan Pugeran yang sekarang menjadi GKJ Pugeran.

Menyusul kemudian di Wirik Kulon, Ponjong dibuka Sekolah Zending yang dipimpin oleh R. Djenaldi Hadisiswaja. Sekalipun pernah mengalami murid-murid bubar karena ada berita bahwa orang Kristen jika kelak mati akan menjadi celeng (babi hutan), tetapi ternyata Firman Tuhan tidak ditolak di daerah ini. Murid-murid suka masuk sekolah lagi sesudah dijelaskan dengan sabar oleh Bapak Hadisiswaja. Bahkan, sekalipun kemudian lama tidak ada Sekolah Kristen di sana, namun akhirnya lahir pula sebuah Pepanthan Susukan. Dari Pepanthan Susukan ini kemudian dibangun SD dan SPG BOPKRI (sekarang SMU BOPKRI Ponjong).

Dari Tahun 1934 hingga 1957 berbagai wilayah menerima ajaran Injil dan menganut agama Kristen, wilayah-wilayah tersebut yakni; Tambran Semin, Pugeran, Jepitu, Cuwelo, dan Karangawen.

Lantas kemudian, Bintaos, Banjarejo, Logandeng, Paliyan, Panggang, Bantalwatu Tepus, Baran, Playen, lalu wilayah Nglipar meliputi Sendowo, Hargomulyo dan Pilangrejo.

Kenudian Tahun 1942 Jemaat Wonosari memiliki pendeta yang pertama, pendeta tersebut ialah Ds. R. Wijoto Hardjotaruna.

Perkembangannya, sampai pada tahun 1966 di Gunungkidul hanya ada dua Jemaat, yaitu Wonosari dan Watusigar. Jemaat Wonosari meliputi Kecamatan : Wonosari, Nglipar, Patuk, Playen, Paliyan, Panggang, Tepus, Rongkop, Semanu, Karangmojo, Ponjong dan Semin. Sedangkan Jemaat Watusigar meliputi Kecamatan Ngawen.

Untuk meningkatkan pelayanan dan penggembalaan, secara berangsur-angsur ada Pepanthan yang perlu didewasakan atau menjadi jemaat tersendiri, tanggal 5 Januari 1967 Pepanthan Paliyan yang meliputi Kecamatan Panggang, Paliyan, Playen dan Patuk didewasakan menjadi Jemaat Paliyan.

Tanggal 3 Juni 1968 Pepanthan Wiladeg didewasakan menjadi jemaat Wiladeg, wilayahnya meliputi Kecamatan Karangmojo dan Ponjong, Bersama dengan itu Pepanthan Pugeran dan Tambran yang semula bagian dari Jemaat Wonosari, digabungkan menjadi Jemaat Watusigar, kini wilayahnya meliputi Kecamatan Ngawen dan Semin.

Disusul kemudian tanggal 25 Desember 1968 Pepanthan Baran didewasakan menjadi Jemaat Baran. Wilayahnya mencakup Kecamatan Rongkop dan sebagian Kecamatan Semanu dan Tepus.

“Perkembangannya menjadi klasis Gunungkidul, dalam suatu Sidang Klasis Yogyakarta tanggal 25 Desember 1969 diusulkan adanya regrouping Klasis yang terdiri dari Klasis Yogyakarta Barat, Yogyakarta Timur dan Klasis Gunungkidul,” lanjut Agus.

Klasis Yogyakarta Barat wilayahnya Kabupaten Kulonprogo dan sebagian Kodya Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul. Sedangkan Wilayah Klasis Gunungkidul adalah semua Wilayah Kabupaten Gunungkidul.

Tahun 1972 dalam suatu Sidang Sinode di Klaten disetujui adanya regrouping Klasis Yogyakarta. Maka berdirilah Klasis Gunungkidul, Yogyakarta Barat dan Yogyakarta Timur.

Sebelum mengikuti Sidang Sinode di Klaten, Gunungkidul telah mengadakan Sidang Klasis yang pertama di Wonosari dan berlangsung dari tanggal 17 sampai 18 November 1969.

Pada Sidang Klasis yang pertama ini dihadiri oleh Wakil Sinode, Deputat K.K.K., Wakil Klasis YogyakartaTimur, para undangan dan PAPD Gunungkidul. Bupati Gunungkidul KRT. Djajadiningrat, BA.

“Dalam kata sambutannya, Bupati waktu itu mengatakan, disamping mengucapkan selamat juga mengharapkan agar selalu berhati-hati dalam menyebarluaskan agama demi terwujudnya ketentraman dan keamanan Negara dan Persatuan Bangsa,” ulas Agus.

Guru injil yang pernah bertugas di Gunungkidul di GKJ Wonosari yaitu; Y Darmowasito, Adam Thomas, Pardi Martaharjana, Madyasuwignya, S. Wignyahardjana, S. Siswasubrata, dan Sumardi. (Kandar)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar