Pandemi COVID-19 Kemungkinan Jadi Endemi, Kesiapan Pembukaan Destinasi Wisata Terus Dimatangkan

oleh -297 Dilihat
oleh
wisata gunungkidul
Pantai Jungwok. salah satu destinasi wisata di Gunungkidul. (foto : KH/ Bara)

GUNUNGKIDUL, (KH),– Dinas Pariwisata (Dispar) Gunungkidul terus berbenah dan menyiapkan diri menyambut kelonggaran aktivitas pariwisata di Gunungkidul pasca Pandemi COVID-19. Ada pola dan aktivitas baru, syarat serta prosedur yang mengikat dalam penyelenggaraan pariwisata agar aman dari penularan virus COVID-19.

Sebagaimana diketahui, sektor pariwisata di Gunungkidul runtuh rantah akibat Pandemi COVID-19. Tak hanya berdampak pada pendapatan daerah, masyarakat yang menggantungkan perekonomian pada usaha jasa wisata turut terpukul.

Sekretaris Dispar Kabupaten Gunungkidul, Hary Sukmono menyampaikan, semenjak terjadi Pandemi COVID-19 muncul, aktivitas pariwisata diatur dengan berbagai ketentuan yang harus dipenuhi. Protokol Kesehatan (Prokes): menjaga jarak, bermasker, cuci tangan serta tidak berkerumun ditambah pembatasan jam operasional dan kuota jumlah kunjungan sangat berpengaruh pada jumlah kunjungan di Kabupaten Gunungkidul.

“Hingga keluarnya kebijakan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat sejak 3 Juli 2021 silam, yang mengharuskan penutupan destinasi, praktis aktivitas pariwisata berhenti total,” kata Hary ditemui di kantornya belum lama ini.

Kondisi tersebut, lanjutnya secara otomatis menyebabkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sekaligus pendapatan masyarakat yang bekerja di sektor wisata turun. Rinci diungkap, sebelum pandemi tepatnya tahun 2019 PAD sektor pariwisata menembus Rp25 Miliar dengan jumlah kunjungan sebanyak 3.800.000 wisatawan. Tahun 2020 awal Pandemi, diberlakukan penutupan operasional. Dengan pelaksanaan uji coba pembukaan yang pernah dilakukan terhitung ada kunjungan sebanyak 1,9 juta wisatawan. Tahun itu pendapatan yang diperoleh Rp14,2 Miliar.

Untuk tahun 2021 ini kondisi lebih memprihatinkan. Operasionalisasi sektor wisata sebelum PPKM Darurat diputuskan, PAD wisata hingga sekarang tercatat terkumpul Rp8,4 Miliar. Kondisi ini membuat Dispar merubah target PAD. Yang awalnya Rp16 miliar kemduain diturunkan menjadi Rp12 Miliar.

“Target tersebut dipatok dengan asumsi Bulan Oktober-Septembur sudah dibuka. Tetapi kenyataannya juga belum buka,” kata Hary.

Tak hanya PAD wisata, pendapatan masyarakat dari sekor ini juga menurun. Berdasar survei belanja pengeluaran wisatawan pada tahun 2019, rata-rata tiap wisatawan mengeluarkan Rp150.000 dalam satu hari. Uang yang diterima langsung masyarakat yang menggeluti atau bekerja pada sektor wisata tersebut diakui menurun. Data survey pada tahun 2020 wisatawan rata-rata hanya mengeluarkan uang Rp50 ribu dalam setiap harinya.

“Hal ini mengindikasikan pandemi juga mempengaruhi daya beli wisatawan. Implikasinya pada tingkat pendapatan masyarakat,” ungkap Hary.

Pandemi COVID-19 Berisiko Menjadi Endemik

dinas pariwisata gunungkidul
Sekretaris Dinas Pariwisata Gunungkidul, Hary Sukmono. (foto: KH/ Kandar)

Sebagaimana pandangan pihak profesional terkait, pandemi COVID-19 kemungkinan menjadi endemi. Virus COVID-19 akan selalu ada. Untuk itu Dispar saat ini terus berbenah dan menyiapkan diri jika kelonggaran aktivitas pariwisata diberlakukan.

“Persiapan menyambut era baru pariwisata menjadi bagian tugas Dispar. Kami menyiapkan tata kelola pariwisata ke depan. Sebab ada kemungkinan kita akan hidup berdampingan dengan virus COVID-19. Pada sektor pasriwisata ada Prokes khusus, ada SOP yang harus dipenuhi dan dijalankan bersama-sama,” papar dia.

Disampaikan, selain prokes, ada model-model yang harus dilakukan agar pariwisata bisa survive. Karena bukan hal yang mudah, dibutuhkan kesadaran semua pihak, perlu sarana dan fasilitas. Masyarakat juga diajak terlibat secara aktif. Dirinya menegaskan, dalam rangka menyiapkan kebiasaan dan pola baru aktivitas pariwisata itu, tidak hanya menjadi beban dan tugas pemerintah saja.

Lebih jauh disampaikan, SOP dan syarat baru yang harus dipenuhi, khususnya di DIY diantaranya penggunaan aplikasi Visiting Jogja. Selain itu, kewajiban yang harus dipenuhi yakni penggunaan aplikasi Peduli Lindungi. Lantas sebagai tindak lanjut Imendagri dan Kemenpar, usaha jasa pariwisata juga harus memiliki sertifikat Cleanliness, Health, Safety, Environment Sustainability (CHSE). Sertifikat tersebut menjadi salah satu prosedur saat kelonggaran pariwisata diberlakukan.

“Kami mengajak dan mendampingi pelaku pariwisata diantaranya Pokdarwis, selain menyiapkan sarana dan fasilitas penunjang Prokes, juga didorong agar segera mendapat QR Code aplikasi Peduli Lindungi. Kami dampingi pula agar pelaku wisata memperoleh sertifikat CHSE. Hal ini dalam rangka membangun habit baru di dalam kegiatan pariwisata,” tandas Hary.

Dirinya berpesan agar para pelaku wisata tidak berdiam diri. Banyak hal yang harus disiapkan. Sebab, bukan tidak mungkin, pasca pandemi ada lonjakan kunjungan wisatawan dalam jumlah besar ke Gunungkidul. Penutupan selama ini dinilai memunculkan kerinduan baik wisatawan lokal maupun luar daerah tidak sabar ingin menikmati berbagai destinasi di Gunungkidul. Terbukti, selama penutupan masih saja ada yang berusaha mencuri kesempatan untuk masuk ke sejumlah destinasi wisata di Gunungkidul.

“Misalnya dalam penggunaan aplikasi Peduli Lindungi, implementasinya berpotensi menimbukan antrian dan kerumunan, nah ini menjadi PR sehingga dibutuhkan koorodinasi dengan lintas sektor,” sambung Hary.

Berbagai kesiapan tahap demi tahap dimatangkan. Jika tiba saatnya, akan ada destinasi yang disusulkan melakukan ujicoba pembukaan. Yang paling siap akan jadi percontohan. Menjadi protitipe yang dapat ditiru oleh pengelaola destinasi wisata yang lain.

Terpisah, Koordinator Desa Wisata Nglanggeran, Sugeng Handoko menyampaikan, untuk destinasi yang ia kelola saat ini tengah menyiapkan sejumlah SOP yang telah ditentukan pemerintah.

“Kami sudah memproses pendaftaran di aplikasi Peduli Lindungi dan juga mengajukan permohonan sertifikat CHSE. Prinsipnya, untuk penerapan Prokes di Nglanggeran sudah dilakukan. Kami menunggu kebijakan pemerintah, jika sewaktu-waktu diijinkan kami sudah siap buka,” kata Sugeng optimis. (Kandar)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar