Obah Mamah: Band Keroncong Gunungkidul Bentukan Pendamping Desa Budaya

oleh -
Penampilan Group Band Keroncong Obah Mamah pada acara malam, Sastra Bukit Berbintang ke-2 di Bangsal Sewoko Projo. foto: M. Hari.W
Penampilan Group Band Keroncong Obah Mamah pada acara Sastra Bukit Berbintang ke-2 di Bangsal Sewoko Projo. foto: M. Hari.W

WONOSARI, (KH)— Orang-orang yang mengikuti malam penganugerahan Sastra Bukit Berbintang 2 di Bangsal Sewoko Projo pada Sabtu (8/04/2017) malam dibuat takjub oleh penampilan band keroncong Obah Mamah yang tampil memukau. Mereka seperti tak percaya di Gunungkidul ada band keroncong dengan mutu sedemikian tinggi.

Malam itu para pengunjung nampak larut ketika mendengarkan lagu Wisata Gunungkidul yang dibawakan vokalis Indah Kartikasari. Suara Indah yang tinggi beradu selaras dengan gesekan biola yang mendayu maupun permainan alat musik lainnya. Perpaduan itu terdengar sejuk dan menentramkan. Tak kurang seniman terkenal Sosiawan Leak juga tampak terbawa dengan lagu-lagu keroncong tersebut.

Salah seorang pengunjung yang hadir malam itu Wiwin Subekti (24) mengaku terkesan dan tak menyangka bahwa band keroncong itu berasal dari Gunungkidul

“Musiknya keren. Ternyata mereka dari Gunungkidul, ya,” katanya dengan  ekspresi sedikit kaget.

Adalah wajar belaka jika masyarakat Gunungkidul belum tahu keberadaan band keroncong Obah Mamah karena memang usianya masih seumur jagung. Menurut manager Obah Mamah, Lukas Priyo (40) grup musik beraliran keroncong ini didirikan baru sekitar akhir 2016 lalu.

“Belum lama. Bulan Desember 2016,” jelasnya ketika di temui di sela-sela acara malam penganugerahan Sastra Bukit Berbintang.

Lukas menambahkan, selain menyanyikan lagu-lagu keroncong yang sudah populer, mereka juga membawakan lagu-lagu ciptaan sendiri.

“Lagu-lagu yang kami ciptakan antara lain Wisata Gunungkidul, Slenco, warisan, Ngadek Njengking dan Alam Gunungkidul,” jelasnya

Lebih lanjut Lukas mengisahkan, bahwa awal  berdirinya Obah Mamah adalah karena tingginya intensitas perjumpaan antar pendamping desa budaya di Gunungkidul.

“Seluruh personil Obah Mamah adalah para pendamping desa budaya di Gunugkidul. Karena sering berkumpul, kami lalu berinisiatif untuk membuat grup musik yang lain dari biasanya,”

Lukas menambahkan alasan Obah Mamah memilih jalur keroncong adalah karena selain memang menyukai jenis musik tersebut, juga ingin mempopolerkan musik keroncong di kalangan anak-anak muda Gunungkidul.

“Selama ini kan kesannya kalau yang namanya keroncong itu identik dengan orang-orang tua. Nah, kami dengan Obah Mamah ini ingin mengubah pola pikir tersebut. Kami ingin sampaikan bahwa musik keroncong juga bisa dinikmati kaum muda,” lanjutnya.

Ketika ditanya apakah ada rencana Omah Mamah masuk dapur rekaman dan  berorientasi bisnis, dengan tegas Lukas mengatakan tidak.

“kami tidak berfikir untuk ke sana. Kami hanya fokus bagaimana Obah Mamah bisa mengedukasi kaum muda di Gunungkidul,” pungkasnya. (Woro)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar