Nurhidayati: ODGJ dan Penyintas Bunuh Diri Yang Kini Jadi Pengasuh Ponpes

oleh -1747 Dilihat
oleh
Nurhidayati, ODGJ dan penyintas bunuh diri yang berhasil bangkit menjadi pengasuh Ponpes. KH/ Kandar.

“Sebaik-baik orang adalah yang bermanfaat bagi orang lain. Itu motivasi saya,” ucap Nurhidayati memotivasi dirinya sendiri sekaligus menebar motivasi kepada siapapun yang dia ajak bicara.

Sementara itu, Qoirul Ahmadi, kakak Nurhidayati mengungkapkan bahwa apa yang dialami adiknya dipandang sebagai peristiwa yang sangat mengerikan bagi seluruh anggota keluarga. Sebelum mendapat penjelasan medis dari psikiater di kemudian waktu, ia benar-benar tak memahami kondisi adiknya. Ia belakangan juga terbuka kesadarannya atas apa yang dialami adiknya. Berbagai spekulasi anggapan yang diberikan anggota keluarga dan para tetangga atas apa yang dialami adiknya sebelumnya ternyata salah fatal.

Qoirul Ahmadi juga menjelaskan, berdasarkan pemeriksaan medis oleh ahli kedokteran jiwa, Nur mengalami gangguan jiwa berat yang disebut skizofrenia dengan berbagai halusinasi. Dalam istilah ilmu kesehatan jiwa, selain halusinasi dengar Nurhidayati juga mengalami halusinasi visual atau penglihatan.

“Selain halusinasi, pada saat mengalami kekambuhan, ternyata Nurhidayati juga merasa dikendalikan oleh suatu kekuatan. Itu yang disebut waham kendali pikir. Beberapa kali juga pernah mengalami waham thought broadcasting,” urai Qoirul menyitir keterangan dari dokter ahli yang menangani pengobatan adiknya.

“Alkhamdulillah, saat ini Nurhidayati sudah pulih. Rajin meminum obat sesuai yang diresepkan dokter, sehingga dirinya mampu bekerja seperti biasanya setiap hari,” ungkap Qoirul yang sehari-hari bekerja sebagai Penyuluh Agama di Kantor Kemenag Kabupaten Gunungkidul.

Sebagai kakak yang mendampingi kesembuhan Nurhidayati, Qoirul dan keluarganya sangat bersyukur, bahwa skizofrenia yang dialami adiknya itu tak lantas membuat adiknya terpuruk. Ia menggambarkan, dalam kondisi yang teramat sulit bagi sebagian orang, adiknya Nurhidayati masih mampu diberikan kesempatan oleh Allah Swt. menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain.

Dan memang demikianlah adanya, Nurhidayati, perempuan tangguh itu menerima apa adanya dan tak malu mengakui diri menjadi penyandang gangguan jiwa berat skizofrenia. Tak surut kokoh berdiri melanjutkan kehidupan dan berkarya menjadi pengasuh pondok pesantren. Dengan penuh semangat, ia terus menebar ilmu dan menjadi pribadi bermakna bagi orang lain. (Kandar)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar