GUNUNGKIDUL, (KH),– Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) mendatangkan pilu bagi peternak Gunungkidul. Tak hanya harga sapi yang anjlok drastis, tidak sedikit peternak kehilangan sapi senilai belasan hingga puluhan juta.
Seperti dialami Suryadi, warga Padukuhan Polaman, Kalurahan Pampang, Kapanewon Paliyan, Gunungkidul. Salah satu sapi miliknya seharga Rp17,5 juta mati setelah terjangkit PMK.
Saat bercerita, raut mukanya tak bisa menyembunyikan kesedihan. Bagaimana tidak, sapi yang mati mulanya dia beli menggunakan hasil pinjaman bank.
“Pinjam ke Bank Rp30 juta. Saya beli 2 ekor sapi jenis Simental. Niatnya untuk investasi/ tabungan jika nanti anak butuh biaya sekolah,” kata Suryadi saat ditemui, Selasa (7/12/2024).
Cita-citanya pun kandas. Salah satu sapi yang dia rawat sungguh-sungguh justru mati. Sebelum mati, sapi menunjukkan gejala sakit. Salah satu tanda yang membuat Suryadi was-was ialah saat sapi susah makan.
“Saya curiga saat sapi susah makan. Setelah saya amati air liur banyak keluar dari mulut sapi,” lanjutnya.
Tidak berselang lama, kondisi kesehatan sapi kian memburuk. Sapi bahkan susah berdiri. Barulah ia meminta dokter hewan untuk melakukan penanganan.
Dokter hewan yang datang ke kandang Suryadi melakukan pengobatan. Sejumlah imbauan dari dokter juga diterima Suryadi.
“Saya sudah membersihkan kandang, termasuk menyemprot dengan disinfektan kami tempuh,” imbuhnya.
Seperti pepatah “mujur tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak” benar-benar Suryadi alami. 6 hari setelah merawat sapi yang digadang menjadi tabungan biaya sekolah mati menjadi bangkai.
“Saya berusaha ikhlas. Satu yang masih hidup akan saya lanjutkan rawat lebih hati-hati lagi,” kata Suryadi lagi.
Sebagaimana diketahui, PMK sedang mewabah di Gunnungkidul. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) mencatat, 800-an sapi dinyatakan suspek PMK. Sementara 45 lainnya mati. Peternak saat ini masih dihantui kekhawatiran. Sebab, jangkauan penanganan DPKH belum bisa menyeluruh hingga ke pelosok-pelosok. (Kandar)