Memiliki Fisik Tidak Sempurna, Puji Lestari Berhasil Menunjukkan Bakat Melukisnya

oleh -3761 Dilihat
oleh
Puji Lestari, pelukis difabel dari Kapanewon Panggang. (KH/Edi Padmo)

PANGGANG, (KH),– Pagi menjelang siang, Selasa (26/1/2021) sinar matahari tidak begitu menyengat. Sejak pagi mendung tipis memang menaungi langit Gunungkidul yang sedang mendekati puncak musim Penghujan. Perjalanan KH siang itu sampai di sebuah rumah di wilayah Padukuhan Bali, Kalurahan Girisekar, Kapanewon Panggang, Gunungkidul.

Seorang Wanita muda tampak sedang menyapu di sebuah halaman rumah sederhana. Sekilas pemandangan itu memang tampak biasa, tapi sebetulnya ada yang berbeda dari penampilan perempuan itu. Kedua tangannya tampak tidak berkembang sempurna. Kondisi panjang tangannya hanya sampai siku. Ia tidak memiliki jari jari seperti yang dimiliki oleh manusia pada umumnya.

Perempuan itu bernama Puji Lestari (24), warga Padukuhan Mendak, Kalurahan Girisekar, Kapanewon Panggang. Saat KH bertandang, Puji sedang bersiap-siap untuk berlatih melukis bersama Iwan Setiawan (42), yang tak lain adalah guru melukisnya waktu SLB.

Puji Lestari lahir pada tanggal 12 September 1997. Sejak lahir ia merupakan penyandang disabilitas. Lengan bawahnya tidak tumbuh sempurna, begitupun juga jari-jari tangannya.

“Dulu Puji itu murid istri saya waktu masih mengajar di SLB. Sejak kecil Puji mempunyai bakat melukis, dan sering juara saat ikut lomba” ujar Iwan.

“Tapi sejak lulus SLB tahun 2016, Puji berhenti melukis, karena menikah dan sibuk sebagai Ibu Rumah Tangga,” lanjut Iwan.

“Ya namanya Ibu Rumah Tangga, harus fokus mengurus suami dan anak, sehingga kegiatan melukisnya sementara berhenti,” ujar Puji menimpali.

Puji bercerita bahwa dia punya hobi melukis sejak kecil. Putri ketiga dari pasangan Tuban dan Pujiyem ini dimasa kecilnya mengaku sempat menjadi bahan ejekan teman temannya. Bahkan Puji sempat malu untuk keluar rumah dan mengurung diri di kamarnya.

Puji malu kepada teman-temannya karena keadaan fisiknya yang tidak sempurna.

“Di tahun 2007, saya mendapat bimbingan atau sekolah di YAKKUM Yogyakarta, disitulah saya dibimbing untuk percaya diri. Di Yayasan itu saya melihat banyak teman-teman yang keadaan fisiknya lebih parah dari saya, hingga akhirnya saya semangat untuk menerima keadaan ini,” cerita Puji.

Puji Lestari sedang melukis. (KH/ Edi Padmo)

Selepas dari YAKKUM, Puji masuk di sekolah SLB Sekar Handayani, Panggang. Di sekolah SLB itu, Puji mulai menunjukkan bakat melukisnya. Beberapa event lomba lukis banyak yang dimenangkannya.

Karier melukis Puji sempat terhenti, ketika lulus SLB, dia memutuskan untuk menikah. Ibu satu putri bernama Indah Nurhidayah, dan istri dari Budi Iswanto ini memiliki kegiatan keseharian laiknya ibu ibu rumah tangga yang lain. kendati Puji memiliki tangan yang tidak sempurna, Puji mampu melakukan pekerjaan pekerjaan rumah tangga sebagaimana dilakukan ibunrumah tangga pada umumnya. Ia menyapu, memasak, mencuci pakaian, hingga menggunakan Handphone.

“Saya mulai melukis lagi sejak setahunan yang lalu, waktu itu saya disemangati lagi oleh Pendamping Desa Budaya, bernama Ahid,” cerita Puji.

Atas ijin sang suami, setahun belakangan ini Puji kembali menekuni dunia lukisnya. Ia kembali belajar kepada Iwan, guru Lesnya waktu SLB.

Puji bercerita karena saat ini dia harus mengerjakan tugas sebagai ibu rumah tangga, maka dalam sehari, dia hanya punya waktu beberapa jam untuk berkarya.

“Karena saya harus menjepit kuas dengan dua tangan, maka setelah beberapa saat, sudah merasa capek, jadi kadang saya juga menggunakan kaki untuk melukis,” lanjut cerita Puji.

Puji saat ini kembali bersemangat untuk melukis. Karena beberapa bulan yang lalu sempat ada rencana untuk menggelar pameran, dengan bersemangat dia kembali intens untuk belajar kepada Iwan, sebagai mentornya.

“Untuk lukisan sebesar ini, sekitar ukuran 40x50cm, saya terkadang harus menyelesaikannya dalam waktu 5 hari. Ya maklum, karena harus mengurus pekerjaan rumah tangga,” ujar Puji sembari menunjukkan salah satu karya.

Obyek lukisan yang sering di lukis oleh Puji adalah pemandangan alam. Dia mengaku bahwa melukis baginya adalah bentuk hiburan dan ekspresi jiwanya.

Dalam sebuah karya lukisan ukuran 30X60 tampak Puji melukis dua ekor burung yang sedang terbang melintasi langit biru. Dalam lukisan itu tergambar betapa semangat hidup dan keyakinan yang tinggi yang ingin diungkapkan oleh Puji. Sayap burung yang terkembang seakan simbol bahwa ketidaksempurnaan fisik yang dimilikinya tidak membuat dia putus asa dalam mengarungi kehidupan. [Edi Padmo]

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar