Masih Ada Pelestari Wayang Sada

oleh -5569 Dilihat
oleh
Pentas wayang sada di Gunungbang Bejiharjo. KH/Edo.
Pentas wayang sada di Gunungbang Bejiharjo. KH/Edo.
Pentas wayang sada di Gunungbang Bejiharjo. KH/Edo.

KARANGMOJO, (KH) – Di tengah arus modernisasi yang merambah sampai kawasan perdesaan, saat ini masih ada warga yang bergiat melestarikan kerajinan dan kesenian unik yaitu wayang sada. Marsono (60), warga yang bertempat tinggal di Dusun Gunungbang Bejiharjo Karangmojo ini terus bergiat melestarikan kerajinan dan seni pertunjukkan khas perdesaan ini.

Ide awal Marsono membuat wayang sada terinspirasi oleh masa kecilnya yang dulu pernah membuat wayang dari tangkai ketela pohon. Ia kemudian mulai mencoba berkaya dan membuat wayang dari bahan yang tidak biasa, yaitu membuat wayang dengan sada (lidi). Dari situlah nama atau asal usul wayang ini dijuluki dengan wayang sada karena terbuat dari sada (lidi).

Marsono mulai membuat wayang sada ini sejak tahun 2011 dan sekarang wayang-wayang buatan Pak Marsono ini sudah dipasarkan di berbagai wilayah di luar kota maupun di Gunungkidul. Dari mancanegara juga ada yang memesan seperti dari Malaysia dan Amerika Serikat.

Lebih lanjut Marsono menjelaskan, harga wayang sada ini bervariasi sesuai dengan ukuran dan tingkat kerumitannya. Harga dipatok mulai Rp 5000,00,- , Rp.25.000,00,- sampai Rp.50.000,00,- ke atas untuk wayang yang 3D atau 3 dimensi. Dengan tangan kreatifnya, Marsono merubah lidi yang berharga tak seberapa menjadi sebuah karya yang berharga.

Menurutnya, wayang sada ini memiliki 2 fungsi, yang pertama untuk pementasan dan yang kedua untuk hiasan (pajangan). Untuk pementasan, Marsono membuat kurang lebih 28 karakter wayang mulai dari Arjuna hingga Nakula Sadewa dengan bentuk yang menyerupai wayang kulit pada umumnya. Untuk pementasan, bisa dilakukan pada siang hari dan didalangi oleh Pak Marsono sendiri.

Sedangkan wayang yang fungsinya untuk hiasan (pajangan) ukurannya ada bermacam-macam dari yang kecil pipih hingga yang besar seperti ukuran dari 25 cm sampai 50 cm. Sementara untuk yang 3 dimensi dikembangkan dengan mengkolaborasikan lidi dengan kain dan bagian-bagian pohon kelapa, mulai dari pelapah bungkus hingga bunga kelapanya. Bahkan tali pengikatnya juga terbuat dari sabut kelapa.

Bagi yang berminat mengenal lebih lanjut tentang wayang lidi hasil ini bisa langsung menemui Marsono di rumahnya di Padukuhan Gunungbang RT 06 RW 17 Desa Bejiharjo Kecamatan Karangmojo. (Artikel kiriman: Edo Nurgantoro).

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar