PALIYAN, Kabarhandayani,– Kerupuk rambak kulit sapi sangat digemari oleh banyak orang. Jenisnya pun bermacam-macam. Permintaan pasar pun cukup tinggi karena kerupuk juga sangat cocok sebagai pelengkap menu makanan.
Peluang inilah yang dimanfaatkan Sugito, warga Padukuhan Tambakrejo, Desa Sodo, Kecamatan Paliyan. Ia menjalankan industri rumah tangga pembuatan krupuk dengan dibantu oleh sekitar 30 karyawan yang merupakan warga Padukuhan Tambakrejo.
Wahid Budi Haryanto (24), kepala karyawan yang sehari-hari mengurusi pembuatan kerupuk milik Sugito ini menjelaskan, usaha ini berdiri sejak tahun 1990-an. Dengan memanfaatkan kulit sapi yang didatangkan dari Thailand, produk ini dipasarkan di Yogyakarta hingga Jawa Tengah.
Wahid memaparkan, proses pembuatan kerupuk rambak ini dimulai dengan merendam kulit sapi sehari semalam untuk membuat kulit empuk. Selanjutnya kulit direbus selama 1 jam, diangin-anginkan, dipotong sesuai ukuran, dijemur selama 2 hari, dihangatkan dengan minyak sebanyak 2 kali agar matangnya merata, kemudian baru digoreng, lalu dikemas dan siap didistribusikan.
Wahid menjelaskan, kulit sapi yang diolah dibeli dengan harga Rp 40.000,- per kilonya. Dalam waktu satu hari mampu memproduksi 2 kwintal kulit sapi dan akan dikemas dapat menjadi 300 bungkus kerupuk. Ada sekitar 5 jenis bentuk olahan kerupuk dengan harga yang bervariasi mulai Rp 30.000,- hingga Rp 70.000,- per kilonya. ““Kalau cuaca tidak bagus seperti musim penghujan dan mendapat bahan baku yang terkadang jelek juga menjadi kendala. Sedangkan permintaan yang ada mencapai sekitar 16 kwintal per minggu,” ujarnya.
Wahid menjelaskan, bukan hanya kelompok mereka saja yang membuat kerupuk semacam ini. Ada beberapa warga Padukuhan Tambakrejo lainnya yang menjalani industri rumah tangga semacam ini, baik dalam skala kecil ataupun besar. “Tadinya warga banyak yang menjadi buruh dan sekarang banyak yang berani mengambil keputusan untuk mengolah sendiri,” jelasnya. (Mutiya/Jjw)