Koordinasi YKI DIY: Angka Insidensi Kanker Di DIY Tertinggi Di Indonesia

oleh -3868 Dilihat
oleh
Peserta koordinasi YKI DIY di Bangsal Sewakapraja, Gunungkidul. KH/ Kandar.

GUNUNGKIDUL, (KH),– Angka kematian akibat kanker tergolong tinggi, bahkan menempati urutan teratas. Sementara itu, kanker payudara dan serviks menjadi penyebab kematian tertinggi pada perempaun, demikian diungkapkan Ketua Dua Yayasan Kanker Indonesia (YKI) Gunungkidul, dr Grace Tanama disela rapat koordinasi pengurus cabang YKI se Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) di Bangsal Sewaka Praja, Sabtu, (28/9/2019).

Sementara ini data yang dimiliki sebatas berasal dari RSUD Wonosari. Menambahkan keterangan dr Gace, Ketua YKI Gunungkidul, Drs Sumedi menyebutkan, belakangan ini pengidap kanker memang semakin banyak.

“Untuk itu kami akan terus melakukan sosialisasi seputar kanker, mengenai apa, bagaimana penanggulangan, dan kiat apa agar kita terhindar kanker baik. Sosialisasi dilakukan baik ke pelajar dan ibu-ibu,” kata dia.

Sebelumnya, upaya preventif dan promotif berupa sosialisasi ke pelajar SMA melalui perwakilan OSIS telah dilakukan. Kedepan, penyuluhan juga akan disampaikan ke pelajar jenjang SMP.

Adapun dalam rapat koordinasi, Sumedi jelaskan, bertujuan untuk mensinkronkan program-program di lapangan sekaligus tukar informasi antar cabang YKI serta menggagas ide baru upaya penanggulangan pencegahan penyakit kanker.

Dalam kesempatan yang sama, Wakil Ketua III YKI DIY, Prof. dr. Sofia Mubarika, Phd menerangkan, upaya prevetif promotif yang gencar dilakukan untuk menekan risiko kanker yakni berupa pembiasaan gaya hidup sehat.

Upaya penanggulangan agar kanker tidak menyerang usia remaja atau kalangan pelajar dinilai sangat penting. Oleh sebab itu, muncul gagasan materi kesehatan seputar kanker masuk dalam kurikulum pendidikan.

“Hasil koordinasi akan dibuat policy brief dan akan diberikan ke Gubernur untuk dijadikan aturan-aturan baik di sekolah, di Dinas Kesehatan atau di dinas-dinas terkait,” terang Sofia.

Sofia melanjutkan keterangan, pihaknya juga melakukan upaya-upaya yang bersifat supportif bekerja sama dengan NGO atau LSM membuat bangunan tempat singgah di Yogyakarta. Bangunan tersebut merupakan dukungan materiil untuk dihuni keluarga maupun pengidap kanker yang sedang dirawat di sejumlah rumah sakit di DIY.

Di Yogyakarta saat ini ada 8 kamar tempat singgah. Selanjutnya akan dilakukan penambahan hingga nanti mencapai 30 kamar. “Biaya sewa perhari sekaligus bahan pangan berupa beras cukup murah, yakni Rp. 7.500 saja,” imbuh Sofia.

Pihaknya prihatin dengan angka insidensi berbagai penyakit di DIY yang menempati urutan teratas di Indonesia. Sebagaimana diketahui, jumlah insidensi penyakit kanker di DIY paling tinggi di Indonesia. Tak hanya itu saja, insidensi penyakit stroke dan jantung serta hipertensi juga tertinggi di Indonesia.

“Angka itu akan turun dengan kerjasama banyak pihak, antara pemerintah dengan masyarakat,” tukas Prof. Sofia. (Kandar)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar