PALIYAN, kabarhandayani.– Kerajinan perak di Desa Pampang, Kecamatan Paliyan makin berbenah untuk semakin menembus pasaran internasional. Galeri Perak Pampang (GPP) yang berdiri sejak Desember 2013 menjadi media promosi utama yang terus mengembangkan jaringan baik dalam negeri maupun luar negeri.
Suratman Ketua Pengelola GPP mengungkapkan, ada sekitar 200 pengrajin rumahan di Desa Pampang. Semenjak GPP berdiri telah mengikuti beberapa pameran yang diselenggarakan di Jakarta Convention Centre (JCC). Selain itu kerjasama dengan agen-agen wisata di Jogja juga terus dilakukan, sehingga GPP dapat menjadi salah satu tujuan bus-bus rombongan wisatawan.
“Telah 3 kali kita ikuti pameran di Jakarta, ketiga-tiganya dilaksanakan di JCC. Semua itu bertujuan supaya kerajinan kita lebih dikenal luas oleh masyarakat,” jelas Suratman, Selasa (20/5/2014).
Barang-barang dari pengrajin perak Pampang, lanjut Suratman selama ini banyak yang diekspor ke luar negeri, baik itu melalui eksportir di Jogja ataupun di Jakarta. Namun ada juga pengrajin yang membuka jaringan sendiri dengan importir di luar negeri. Selain itu juga melayani pesanan lokal seperti cincin, emban, dan gelang. Sedangkan pesanan lokal Jakarta meliputi berbagai aksesoris tembaga bakar.
Suratman melanjutkan, GPP yang baru berumur beberapa bulan ini tiap harinya mengalami perkembangan pesat. Setiap hari selalu ada pengunjung yang datang untuk melakukan pemesanan barang ataupun sekedar melihat-lihat hasil kerajinan yang dipajang disana.
“Sebentar lagi kita akan melakukan ekspor desain kerajinan baru kami ke Amerika. Desain itu merupakan kombinasi batu-batu alam dengan perak,” lanjutnya.
Harga perak yang di tawarkan di GPP bervariasi, mulai Rp. 25.000,00 hingga Rp. 30.000,00/gram. Ke depannya, Suratman mengungkapkan akan segera membangun area parkir yang lebih luas untuk mempermudah akses bagi bus-bus wisatawan yang datang.
“Tinggal menunggu waktu saja, kita sudah kerjasama dengan PGN (Perusahaan Gas Negara) untuk rencana ini. Bila kami telah siap melakukan perencanaan, pembangunan area parkir ini akan segera terlaksana,” ujar Suratman.
Penjualan hasil kerajinan perak Pampang, menurut Suratman saat ini tak mengalami kendala. Namun justru ketenaga kerjaan yang menjadi masalah karena tidak adanya regenerasi pengrajin. Sehingga dimungkinkan tidak akan ada generasi penerus bidang industri kerajinan ini.
“Tahun 2008 kemarin terjadi krisis di dunia kerajinan perak. Jadi banyak pemuda yang tak tertarik menekuni kerajinan ini lagi, bahkan ada yang pergi kerja ke kota. Jadi rata-rata pengrajin sekarang generasi tua,” pungkasnya. (Sumaryanto/Hfs)