KARANGMOJO. (KH),– Persebaran budaya megalitik di Gunungkidul selaras dengan kondisi kesuburan wilayahnya, terutama di cekungan Wonosari dan sekitarnya. Umumnya, tradisi megalitik muncul pada lokasi-lokasi yang tanahnya subur.
Fakta membuktikan, di daerah sepanjang sungai Oya dengan kondisi tanah yang subur banyak di temukan situs-situs purbakala. Salah satunya Situs Sokoliman, situs masa megalitikum ini memiliki tinggalan peti kubur batu dan menhir.
Kepala Seksi Kepurbakalaan dan Permuseuman, Bidang Pelestarian Warisan dan Nilai Budaya, Dinas Kebudayan, Ir Winarsih beberapa waktu lalu memaparkan, di sepanjang daerah aliran Sungai Oya selain situs Sokoliman ada situs Gunung Bang, Wonobudoyo, Gunung Gondang, dan Situs Bleberan.
“Keberadaan sungai Oya sebagai sungai terpanjang di Gunungkidul merupakan alasan kuat mengapa banyak situs Megalitik di sekitarnya,” katanya.
Disebutkan, Pada Tahun 1941 arkeolog Belanda bernama Van Koningwaltz pernah melakukan penelitian di Sokoliman. Dari penelitiannya disimpulkan bahwa masa megalitikum telah mengenal benda perunggu. Dirinya juga menemukan peralatan upacara kubur batu di Sokoliman.
Lanjut Winarsih, Balai Arkeologi Yogyakarta pada tahun 1985 melakukan penelitian dengan menggali tiga kubur peti batu yang kemudian diberi kode D22A, D22B dan D24B. ketiganya dipandang paling baik meskipun seluruh kubus tersebut terdiri atas pecahan gerabah (kereweng), tulang manusia, tulang hewan, fragmen logam, manik-manik dan arang.
“Hasil analisis lanjut terhadap fragmen manusia diketahui bahwa dari kubur kode D22A dan dari D22B diketahui terdapat lima individu. Sedangkan dari D22B tidak dapat teridentifikasi karena pecahannya sangat kecil,” terang Winarsih.
Lantas, sambung dia, dari hasil analisa tulang hewan diketahui terdapat tiga jenis hewan, yakni babi, banteng dan rusa. Situs Sokoliman, yang memiliki luas sekitar 2000-an meter persegi tersebut memang merupakan tempat penampungan artefak atau benda prasejarah dari berbagai tempat di wilayah Sokoliman.
Situs yang secara administratif berada di Padukuhan Sokoliman, Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo ini memiliki artefak prasejarah yang berjumlah 248 buah fragmen menhir, dan 17 buah dinding kubur batu. Sehingga total keseluruhan mencapai 274 buah.
Situs Sokoliman dikelola oleh Balai Pelestari Cagar Budaya (BPCB) Yogyakarta. Dua Juru pelihara (Jupel) melalkukan perawatan dengan baik setiap harinya sehingga situs cukup terawatt bersih dan asri.
Sugito, salah satu Jupel sebelumnya pernah mengutarakan, kawasan situs yang mendapat alokasi rehab dan pembangunan pagar melalui program kegiatan perawatan penampungan artefak dai DInas Kebudayaan dan Kepariwisataan Gunungkidul Oktober 2016 lalu kini nampak lebih rapi.
Terdapat jalan setapak, gazebo, serta pagar dengan tiang yang didesain menyerupai menhir melingkar di areal situs. Kala sore hari banyak pengunjung khususnya kaum muda mudi menikmati suasana yang tenang dan nyaman.
Selain itu, keberadaan situs juga mulai sering digunakan pelajar mulai dari SD hingga SMA sebagai tempat belajar mengenal sejarah manusia purba dalam berbagai bentuk kemasan kegaitan. (Kandar)