Heri mencoba mendobrak stigma itu. Sudah beberapa tahun belakangan ini dia menjadikan petani sebagai Pekerjaan pokoknya. Suami dari Ita dan bapak dari Putri dan Iken ini benar-benar serius menekuni usaha di-bidang pertanian. Hal itu dia buktikan dengan keberaniannya berspekulasi modal usaha pertanian.
“Saya pernah menanam Melon 6000 batang, dengan modal sekitar 15 juta, karena curah hujan yang tinggi, tanaman Melon saya gagal total, sama sekali tidak balik modal. Tapi saya tidak kapok, namanya usaha pasti ada risikonya,” ujarnya sambil tertawa.
Keberanian Heri dalam spekulasi usaha ini juga sering mendapat hasil yang manis, dia pernah menanam Bawang merah bibit 50 kg dengan mendapat hasil 12 juta Rupiah. Pernah juga menanam 1600 batang Melon mendapat hasil hampir Rp 11 juta.
“Usaha Pertanian saat ini sebetulnya punya prospek yang bagus, tapi harus berani modal dan banyak Inovasi,” imbuh dia.
Harapan Heri, tanaman Bawang Merahnya kali ini bisa berhasil, karena jumlah bibit dan modal yang dia pertaruhkan kali ini termasuk besar. “Alhamdulillah, sampai umur 26 hari, kendala cuaca dan hama masih bisa dikendalikan, jika keadaan ini bisa sampai panen nanti, Insya Allah harapan hasil akan baik,” harapnya.
Dari pengalaman Heri, menanam Bawang merah di musim kemarau kendala cuaca dan hama tidak terlalu berat.
“Di musim Kemarau, satu Kilogram benih Bawang merah rata rata bisa menghasilkan panen 12 kg, tapi biasanya harga jual akan turun. Faktor panen yang berbarengan dengan petani Bawang merah di-banyak lokasi lain juga berpengaruh, karena stok barang di pasaran akan melimpah,” terang Heri
“Jika musim tanam di musim penghujan, satu Kilogram benih jika bisa menghasilkan 6 Kilogram hasil panen, itu sudah bagus, apalagi jika harga jual sekitaran 30 ribu. Estimasi saya, saya bisa untung lumayan,” lanjut Heri.
Kami kemudian keliling lokasi lahan, untuk melihat lihat tanaman Bawang merah milik Heri, satu lokasi yang ditanami oleh Heri ini sekitaran 3.500 m2 dan di lokasi yang lain sekitar 2.000 m2. Sambil berkeliling KH diajak asik mengobrol banyak hal. Bukan hanya soal Budidaya Bawang merah, tapi juga soal pertanian yang lain.
Hari menjelang siang, KH lantas pamit. Saat itu Matahari sejenak menampakkan sinarnya, membuat suasana sedikit cerah. Meskipun langit masih didominasi mendung, secercah sinar itu seakan sebuah sinyal harapan. Tentunya harapan Heri dan beberapa teman petani muda lainnya di Gunungkidul. Harapan tentang cerahnya masa depan profesi Petani. Sebuah profesi yang sering dipandang sebelah mata, walau sebetulnya Petani adalah tulang punggung ketahanan pangan. [Edi Padmo]