Hari Pers Nasional, Forum Wartawan Gunungkidul Gelar Baksos

oleh -
Forum Wartawan Gunungkidul menggelar baksos. (KH/ Edi Padmo)

PALIYAN, (KH),– Dalam menyambut Hari Pers Nasional (HPN) yang jatuh tanggal 9 Februari, Forum Wartawan Gunungkidul mengadakan bakti sosial di Yayasan Mata Hati di Kalurahan Grogol, Kapanewon Paliyan, Selasa (16/2/2021). Sasaran baksos tersebut merupakan yayasan yang saat ini menampung sekitar 43 anak yatim, yatim piatu dan anak terlantar.

Wuragil Dedi, wakil dari Forum Wartawan Gunungkidul menyampaikan, kegiatan ini dilaksanakan selain menyambut HPN juga sebagai bentuk kepedulian awak media terhadap aspek sosial kemanusiaan.

“Kegiatan ini sebagai bentuk kepedulian sosial teman-teman media di Gunungkidul, lokasi Baksos ini sangat tepat, karena di sini ditampung banyak sekali anak yatim, yatim piatu dan anak terlantar yang tentunya sangat membutuhkan,” terang Dedy.

Dirinya juga menyampaikan harapan, bantuan dapat bermanfaat serta dapat sedikit membantu meringankan beban pengelola Yayasan Mata Hati yang mengurus banyak sekali anak angkat.

“Wujud bantuan ini berupa sembako, semoga bisa sedikit membantu, memberi manfaat dan berkah untuk semua,” harapnya.

Dalam kesempatan yang sama, Ve Ratri Rahmatillah, Pengasuh Yayasan Mata Hati menyampaikan ucapan terima kasih kepada Forum Wartawan Gunungkidul atas apa yang telah diupayakan untuk Yayasannya.

“Semua ini kami terima dengan rasa syukur, semoga Allah SWT membalas kebaikan teman-teman wartawan dengan kebaikan yang lebih,” ucapnya.

Wanita yang akrab disapa Ratri ini menceritakan awal berdirinya Yayasan Mata Hati ini. Yayasan berawal dari kegiatan sosialnya untuk anak-anak korban gempa Mei 2006.  Setelah menikah Ratri memutuskan untuk meneruskan kegiatan sosial ini dengan menampung anak yatim, yatim piatu dan anak terlantar di rumahnya.

“Di tahun 2008, ada 4 orang anak korban gempa yang kami asuh, dan di tahun 2011 Yayasan menerima SK Legalitas. Saat itu ada 14 anak yang kami asuh, kami menyadari bahwa anak-anak sangat membutuhkan pendididikan, terutama pendidikan agama, dan saya bersama suami memutuskan untuk menampung anak-anak di rumah,” ujarnya.

Saat ini, Yayasan Mata Hati ini menampung 43 anak asuh dari berbagai daerah di Gunungkidul. Ada juga yang dari Batam, Semarang dan Majalengka. Anak asuh paling kecil bernama Amri berusia 2 tahun. Dan yang paling besar bernama Uca berusia 22 tahun. Menurut Ratri sampai saat ini sudah ada 33 anak yang sudah lulus SMA/SMK. Banyak dari mereka yang sudah bekerja ataupun menikah.

“Amri ini kami terima saat masih berusia 13 jam, masih bayi merah, dan saya asuh seperti anak kandung sendiri, pola pendidikan yang kami terapkan adalah sistem pendidikan rumah tangga. Posisi saya sebagai ibu anak-anak, dan suami saya sebagai bapaknya anak-anak,” terang Ratri.

Prinsip dari tanggung jawab pengelola terhadap pola pengasuhan anak-anak ini menurut Ratri menerapkan prinsip kasih sayang, perut kenyang, dan pendidikan agama, setiap pagi sampai siang anak-anak mendapatkan pendidikan formal sekolah. Dan sore sampai malam, didatangkan Ustadz untuk pendidikan ilmu agama. Bahkan anak-anak disini selalu dilatih untuk berbagi kepada sesama, setiap Jumat, mereka membuat nasi box yang akan dibagi bagikan kepada para Lansia di seputaran Kalurahan Grogol.

Ratri menjelaskan, bahwa Yayasan Mata Hati merupakan panti asuhan yang anak asuhnya tidak boleh diadopsi oleh pihak lain.

“Anak-anak yang kami asuh, sudah menjadi tanggung jawab kami, kami harus mampu mengasuh anak itu sebaik baiknya. Tidak tega rasanya jika ada anak yang akan diadopsi oleh orang lain. Sejak kecil saya sendiri Yatim Piatu, jadi saya bisa merasakan bagaimana rasanya,” ujarnya berkaca-kaca.

Istri dari Arif Suhermanto, sekaligus seorang GTT di SD Muhammadiyah.Grogol ini tampak tidak bisa menahan isak tangisnya saat sedikit menceritakan tentang latar belakang dari anak-anak yang diasuhnya.

Saat disinggung soal suka duka mengasuh puluhan anak, Ratri mengaku justru banyak merasakan kebahagiaan. Bahkan dia menyatakan ingin mengasuh anak yatim, atau piatu sebanyak-banyaknya.

“Beberapa kali stok makan untuk anak-anak menipis, tepat disaat itu, ada saja jalan rejeki datang. Banyak donatur yang menyumbang dan minta didoakan anak-anak. Dalam Islam, memang diajarkan bahwa do’a dari anak yatim piatu itu Mustajab,” ujar Arief Heriyanto, saat ditanya tentang bagaimana mencukupi kebutuhan sehari-hari untuk puluhan anak yang diasuhnya.

“Saya niati ini dengan hati yang Ikhlas, dan Tuhan selalu menjamin apa yang menjadi rejeki mereka, selama ini kami semua tidak pernah kelaparan atau kekuarangan makan, ada saja orang yang menyumbang, dan minta didoakan oleh anak anak ini,” imbuhnya.

Menurut Ratri, dengan keikhlasan dan ketulusan niat, dia dan suaminya tidak pernah merasa terbebani mengurus anak yang jumlahnya tidak sedikit.

“Kami mengasuh dan menyayangi mereka dengan keikhlasan hati, jadi tidak ada beban sama sekali, semuanya sudah saya serahkan kepada sang Pencipta dan Alhamdulillah, ini bisa kami jalani,” pungkas Ratri. [Edi Padmo]

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar