GUNUNGKIDUL, (KH),– Buku menjadi kekuatan literasi dan perjuangan bagi yang bergerak untuk pembaharuan dan perubahan. Namun sayangnya, menurut OECD, budaya membaca masyarakat Indonesia menduduk peringkat terendah di antara 52 negara di Asia.
Riset dari Program for International Student Assessment (PISA)
menunjukkan nilai literasi membaca masyarakat Indonesia rata-rata hanya di poin 493.
Implikasi budaya literasi ini tentu berpengaruh terhadap level pengetahuan yang menjadi satu dari tiga aspek utama pengukuran Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
Data BPS per 2020 menunjukan IPM Kabupaten Gunungkidul berada di urutan 5 se-DIY dengan skor 70, sedangkan Kulon Progo dan Bantul skor 70-80, Sleman dan Kota Jogja skor 87-82 sedangkan rata-rata DIY sebesar 79,97. IPM yang rendah di
Kabupaten Gunungkidul tidak bisa dilepaskan dari persoalan keterbatasan akses pendidikan, rata-rata lama sekolah dan ketersediaan infrastruktur pendidikan.
Merespon hal ini, Komunitas Gunungkidul Menginspirasi, sebuah komunitas sekaligus gerakan sosio-pendidikan dan kepemimpinan pemuda, menggagas project Buku Untuk Gunungkidul (BUG).
Ketua Komunitas Gunungkidul Menginspirasi, Aldienezha Devangga menyampaikan agenda BUG bertujuan untuk meningkatkan minat baca masyarakat khususnya anak-anak, memberikan motivasi dan inspirasi bagi pemuda desa agar mau tertarik membaca guna memperkaya pengetahuan.
“Sekaligus untuk mengembangkan
perpustakaan desa mandiri dan membentuk ruang srawung antar pemuda desa serta memupuk jiwa kepedulian sosial di Gunungkidul,” kata Devangga, pada pelaksanaan BUG belum lama ini di Gunungkidul.
Dia mengungkapakn, program BUG diinisiasi sejak tahun 2016. Project BUG telah merintis 23 Taman Bacaan
Masyarakat (TBM) di 23 desa di Gunungkidul.
Di tahun 2022, project BUG 6.0 membawa tagline “Pijar Asa, Rayakan Impian, Wujudkan Harapan”. BUG telah terlaksana pada Sabtu-Minggu, 28-29 Mei 2022 yang
didahului open donation selama 1 bulan.
BUG 6.0 merintis 1 TBM baru yang dikelola anggota Komunitas Gunungkidul Menginspirasi dan bermitra dengan TBM komunitas, yaitu Omah Inspirasi GM (Soka & Tegalmulyo), TBM Bela Asa (Semanu), Rumah Pintar (Gedangsari), TBM Lentera Permata (Bleberan), serta TBM Kandang Literasi (Banyusoco).
“Terkumpul donasi buku sebanyak 704 buah dan nominal uang sejumlah Rp500.000 yang dibelanjakan rak buku serta media pembelajaran. Kami juga menerjunkan 20 orang anggota komunitas Gunungkidul Menginspirasi dan dibantu volunteers dari community partner Forum Anak Gunungkidul, Youth Forum Gunungkidul, Forum Indonesia Muda regional Jogja, maupun volunteer individual,” terang Devangga.
BUG 6.0 telah menyasar 120 anak-anak/pelajar di 6 lokasi project. Rangkaian kegiatan BUG 6.0 terdiri dari ekspedisi desa, kelas inspirasi, mini outbound, sharing antar komunitas mengenai keliterasian dan aktivisme pemuda desa, serta ditutup dengan penyerahan donasi buku dan rak perpustakaan.
“TBM ini tidak hanya bermanfaat untuk anak-anak saja, namun juga harapannya dapat bermanfaat untuk masyarakat umum dikarenakan buku yang didonasikan berbagai macam mulai dari buku hiburan hingga buku pelajaran,” tandas Devangga.
Kesuksesan project BUG 6.0 tentu juga didukung bersama organisasi kolaboratif dan donatur, baik dari perseorangan maupun lembaga diantaranya KPK RI, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Istimewa Yogyakarta, Human Initiative, Bank BDG, dan Barkasmal Yogyakarta.
“Buku Untuk Gunungkidul adalah wujud kerja kepeloporan untuk pendidikan di perdesaan Gunungkidul. Buku tak hanya jadi kekuatan literasi tetapi juga ruang berbagi,” imbuh Joko Susilo, Founder
Gunungkidul Menginspirasi.
Renata Ayu dari Forum Anak Gunungkidul mengutarakan, BUG merupakan kegiatan donasi buku tahunan yang menjadi pengalaman baru bagi dia dan komunitasnya.
“Sangat berterima kasih kepada Gunungkidul Menginspirasi yang telah mengajak Forum Anak Gunungkidul untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan BUG!,” kata Renata.
Perwakilan Youth Forum Gunungkidul, Naya Sekar Arum berujar, “Project BUG membangkitkan kesadaran sosial. Suatu hal baru yang sangat berkesan bagi kami.
Harapannya, BUG dapat terus berjalan dan terus meng-upgrade kegiatan di dalamnya. Terima kasih GM”.
Dari Forum Indonesia Muda, Nabila Yuanita menyebut, kegiatan BUG dinilai seru, meski acaranya sederhana tapi terasa dampak baiknya. “Jadi ikut seneng lihat anak-anak ketawa, semangatnya pemuda karang taruna, dan antusias bapak/ibu setempat. Semoga next time BUG bisa memperluas lagi target lokasinya biar manfaat dan bahagianya merata di seluruh Gunungkidul,” ujar Nabila.
Kepala Dusun Tegalmulyo, Sulasto ikut menanggapi, bagi dia kegiatan BUG sangat berperan dan mampu memotivasi masyarakat dalam meningkatkan minat literasinya. Dia berharap kegiatan serupa dapat terus berlanjut dan meluas.
Peserta BUG dari Rumah Pintar, secara umum merespon rangkaian BUG menyenangkan dan mengasyikkan. Selain dapat menambah pengalaman dan pengetahuan juga mampu menambah relasi dan teman. (Bara)