Gugur Gunung Bersihkan Sumber Air, Mata Air Dawe Ngawu Kembali Hidup

oleh -
Lintas komunitas adakan gugur gunung membersihkan sumber Dawe Ngawu. Foto: Edi Padmo.

PLAYEN(KH) – Menyambut Hari Lingkungan Hidup, Paguyuban Pemuda Dawe (Papeda), Komunitas Resan Gunungkidul, Forkompinka Playen, Pemerintah Kalurahan Ngawu, Balai Tani dan LEKA menggelar aksi membersihkan sumber air Dawe, Sumberrejo, Ngawu, Playen, pada Sabtu (5/6/2021).

Sumber air Dawe terletak persis di dekat sungai. Sayangnya 3 titik mata air di tempat ini semuanya mengalami pendangkalan atau tertutup lumpur dan tanah.

Aksi gugur gunung gabungan berbagai unsur ini melibatkan sekitar 50-an peserta. Aksi dimulai sekitar jam 8 pagi. Para pihak yang terlibat bahu-membahu menggali kembali sumber air yang telah lama tertutup ini.

Dono (51), Ketua Paguyupan Pemuda Dawe (Papeda) menceritakan, bahwa sumber air Dawe ini dulunya digunakan oleh mayoritas masyarakat Sumberrejo untuk kebutuhan air sehari hari.

“Dulunya di sini ada pohon klumpit besar, tapi sudah roboh. Sebelum ada PAM, masyarakat sekitar sini menggunakan air dari sumber Dawe untuk kebutuhan sehari hari,” terang Dono, Sabtu (5/6/2021).

Dono melanjutkan, pada saat mulai tertutupnya sumber air Dawe, maka masyarakat tidak lagi menggunakannya. Selain itu, masyarakat juga beralih ke saluran PAM untukĀ  mencukupi kebutuhan air untuk minum dan rumah tangganya.

“Kami masih menggunakan sungai ini untuk perikanan, terutama untuk event event pemancingan,” lanjutnya.

Kapolsek Playen AKP Hajar Wahyudi yang ikut hadir dan menjadi salah satu inisiator kegiatan menyampaikan, bahwa kegiatan ini adalah sebagai salah satu bentuk dari kepedulian Polsek Playen terhadap pentingnya melestarikan sumber air yang ada untuk mencukupi kebutuhan masyarakat, terutama untuk pertanian.

“Kami menerjunkan 13 anggota Babinkantibmas untuk ikut membantu. Ini salah satu bentuk kepedulian kami akan pentingnya melestarikan sumber sumber air,” terang Hajar.

Hajar menambahkan, ide kegiatan ini berawal dari ajakan Komunitas Resan Gunungkidul untuk melibatkan Forkompinka Playen.

“Kami berharap kegiatan ini bisa rutin dilakukan, karena banyak mata air di wilayah Kapanewon Playen yang tertutup atau mati. Padahal jika dirawat masih bisa difungsikan, walau tidak untuk kebutuhan sehari hari, paling tidak bisa untuk mengairi lahan pertanian,” lanjut Hajar.

Dalam kesempatan yang sama, Panewu Playen M. Setiawan, yang juga menyempatkan hadir dalam juga menyatakan apresiasinya terhadap gerakan kepedulian terhadap lingkungan.

“Mata air ini termasuk salah satu yang menghidupi atau mencukupi debit air sungai, sungai ini melewati banyak Kalurahan di dua Kapanewon, Playen dan Paliyan. Sepanjang alirannya banyak petani yang memanfaatkan air sungai untuk pertanian, terutama budidaya sayuran,” terang Setiawan.

Setiawan melanjutkan, di musim kemarau, aliran sungai bagian tengah dan hulu banyak yang terputus dan mengering. Harapannya dengan merawat sumber sumber mata air, otomatis debit air sungai akan terjaga, sehingga bisa dimanfaatkan sepanjang tahun.

“Kami sangat berterimaksih terhadap teman teman Komunitas Resan. Agenda seperti ini akan kami sampaikan ke Kalurahan Kalurahan di Kapanewon Playen, sehingga Kalurahan bisa memprogramkan untuk merawat sumber sumber air di masing masing wilayahnya,” lanjut Setiawan.

Serka Muarif mewakili Danramil Playen bersama beberapa anggota Babinsa juga menyampaikan bahwa sudah selayaknya gerakan kepedulian terhadap lingkungan ini menjadi tanggung jawab bersama seluruh komponen masyarakat.

“Kami siap untuk selalu membantu, kepedulian terhadap kelestarian lingkungan adalah salah satu bakti kami terhadap masyarakat,” kata Serka Muarif.

Seluruh peserta acara bergantian dan bahu-membahu menggali sumber air yang tertutup lumpur. Dengan dibantu mesin diesel, akhirnya mata air Dawe kembali terlahir.

Dari sisi sisi sendang yang ditata dengan batu tampak mata air atau “tuk” memancarkan airnya yang jernih. Dalam waktu yang tidak begitu lama, kolam sendang sudah penuh dengan air, dan air yang mulai meluap akhirnya mengalir masuk ke dalam sungai.

Wajah berbinar penuh kepuasan dan kegembiraan terlihat menghiasi semua peserta gugur gunung. Apa yang mereka upayakan betul-betul membuahkan hasil.

Anggota lintas komunitas berfoto bersama setelah acara membersihkan sumber Dawe. Foto: Edi Padmo.

“Dalam catatan kami, rata rata sumber air di Gunungkidul keadaanya memang tertutup, tidak terawat. Jika dibersihkan, maka sumber sumber air ini masih bisa mengeluarkan airnya, tentu ini akan sangat bermanfaat untuk masayarakat,” terang Anjar (23), salah satu anggota Komunitas Resan

Anjar menambahkan, agenda Komunitas Resan di musim kemarau adalah membuat Rumah Bibit Resan dan membersihkan atau menggali sumber sumber air yang tertutup.

“Semoga kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan bisa menjadi kesadaran bersama seluruh masyarakat, sehingga kelestarian alam, terutama air akan bisa terjaga,” harap Anjar.

Agenda gugur gunung diakhiri secara simbolik penanaman pohon oleh Forkompinka Playen, kemudian dilanjutkan dengan doa bersama oleh Kamituwa Kalurahan Ngawu. Ingkung ayam dan nasi uduk yang sudah didoakan akhirnya menjadi penutup acara dengan makan bersama. (Edi Padmo).

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar