“Tidak ada petani yang menjual jerami usai panen tiba. Jerami ini menjadi sangat penting ketika musim kemarau, yakni sebagai cadangan pakan ternak khususnya sapi,” kata Rokhani saat di temui dirumahnya, Sabtu (28/3/2015).
Ia menjelaskan, sebelum dijadikan pakan alternatif, jerami sisa panen dijemur hingga benar-benar kering. Kemudian saat akan diberikan untuk pakan ternak, jerami terlebih dulu dicampur dengan polar dan air. Ketiga bahan tersebut kemudian dicampur hingga rata dan siap diberikan kepada ternak.
“Pakan alternatif ini sangat membantu kita. Saat hijau pakan ternak sulit, kita masih mempunyai cadangan makanan. Kita tidak lagi mencari rumput dan bisa memanfaatkan waktu luang untuk bekerja lainnya,” terang Rokhani.
Pakan fermentasi, lanjutnya, merupakan produk yang tergolong baru, saat para peternak belum mendapat ilmu pembuatan pakan fermentasi, jerami hasil panen biasanya hanya dibakar. Ada juga petani yang menjual jerami atau sekedar ditular dengan beras atau makanan lainya.
“Setelah kita mendapat ilmu pembuatan pakan, tidak ada jerami yang kita jual. Kalaupun ada yang mau beli sekarang harganya mahal, 1 truk penuh sekitar Rp 700 ribu,” ungkap bapak 2 putra ini.
Inovasi ini, lanjut Rohkani sangat membantu dalam mencukupi kebutuhan pakan alternatif ternaknya. “Tiga sapi yang saya pelihara berat badannya tidak akan turun saat musim kemarau, karena ternak sangat lahap, pakan jerami ini secara tidak langsung juga menekan biaya perawatan,” tandasnya. (Juju)