WONOSARI, (KH),– Hingga saat ini, masih ada 88 desa yang belum menuliskan sejarah berdirinya desa. Dinas Kebudayaan (Disbud) Kabupaten Gunungkidul mencatat, baru ada 56 desa yang menuliskan sejarahnya.
Kepala Bidang (Kabid) Sejarah, Bahasa dan Sastra Disbud Gunungkdul, Sigit Pramudiyanto mengatakan, Pihaknya mematok target pada tahun 2021 seluruh desa selesai menuliskan sejarahnya sendiri.
Adapun penulisan sejarah desa yang dilakukan mencakup tentang kapan lahirnya, siapa saja yang berperan diawal berdirinya desa, hingga keterangan mengenai urutan kepala desa yang menjabat hingga saat ini.
“Dalam buku sejarah desa berisi selain sejarah berdirinya juga menggambarkan monografi dan demografi sebuah desa,” kata dia belum lama ini.
Untuk mengejar target tersebut pihaknya memberikan pendampingan melalui pelatihan.
Sementara itu, Kepala Disbud Gunungkidul, Agus Kamtono menambahkan, kendala untuk menulis sejarah desa tidak hanya satu faktor.
Dijelaskan, sejarah desa tak hanya berdasarkan cerita perorangan melainkan dari fakta dan data. “Setiap peninggalan desa mempunyai warisan benda atau budaya tak benda. Warisan benda diupayakan menjadi cagar budaya apabila memenuhi syarat,” kata dia.
Sedangkan warisan budaya tak benda, sambungnya, dijadikan warisan baik untuk tingkat nasional atau warisan dunia.
Menurutnya, tujuan menulis sejarah desa salah satunya dalam rangka membangun motivasi masyarakat. Jika masyarakat dari sebuah sistem yang sama serta psikologi yang sama akan menumbuhkan motivasi sehingga rasa memiliki desa semakin kuat.
Buktinya, ungkap Agus, dapat dilihat dari proses upacara adat yang dilakukan seperti Rasulan dan Sadranan. Tradisi Rasulan merupakan wujud syukur masyarakat terhadap hasil bumi yang diberikan Tuhan Yang Maha Kuasa. Sedangkan Sadranan ialah bentuk penghormatan kepada para pendahulunya atas jasa-jasa yang sudah dilakukan di wilayahnya. Berupa ajaran cara bercocok tanam ataupun beternak. (Kandar)