Dilidah Warga Gunungkidul, Ulat Berbulu Bikin Geli Tetap Lezat

oleh -18473 Dilihat
oleh
Ulat Kipat (Cricula Trifenestrata Helf) dan kepompongnya. sebagian warga Gunungkidul gemar memakannya. KH/ Bilal.
Ulat Kipat (Cricula Trifenestrata Helf) dan kepompongnya. sebagian warga Gunungkidul gemar memakannya. KH/ Bilal.

NGLIPAR, (KH),– Di Gunungkidul dikenal adanya istilah ekstrim kuliner. Hal tersebut muncul merujuk kebiasaan warga yang mengkonsumsi beberapa jenis hewan, utamanya serangga. Sebut saja belalang, puthul, ulat, kepompong, jangkrik, dan laron. Warga mengolahnya untuk sekedar sebagai camilan atau lauk saat makan.

Bikin tergeleng-geleng lagi, terkadang kebiasaan tersebut dinilai kelewat batas. Bayangkan, ulat berbulu yang nampak bikin geli juga dengan lahap disantap. Hewan bernama Ulat Kipat (Cricula Trifenestrata Helf) ini tak luput menjadi salah satu menu makanan ekstrim bagi warga Gunungkidul.

“Nikmat dan lezat. Baik masih dalam bentuk ulat atau kepompong,” ujar Sumadi (60), warga Nglipar dengan mantab.

Terang Sumadi, Ulat Kipat merupakan hama yang sering menyerang tanaman jambu monyet,  alpukat,  dan buah – buahan lain yang dibudidayakan sebagian masyarakat Gunungkidul. Ulat ini memiliki ukuran panjang antara 3-5 cm, warna kulit hitam berbulu putih dengan gelang-gelang putih ditubuhnya.

Menurut Sumadi, ulat yang menyerang secara berkelompok ini akan menjadi kepompong jika daun tanaman yang diserangnya benar-benar habis.

“Meskipun masih berupa ulat, sudah bisa dikonsumsi. Kalau digoreng bulunya akan hilang,” imbuh Sumadi lagi.

Penggemar Ulat Kipat yang lain, Ari memilih memanen ulat setelah dedaunan di pohon yang terserang hampir habis. Alasannya, ulat sebagian besar sudah berubah menjadi kepompong.

Dirinya berseloroh, memakan Ulat Kipat merupakan cara bijaksana dalam menyikapi hama. “Hal ini bentuk pengendalian hama tanpa menggunakan bahan kimia,” katanya sambil tertawa. (Bilal)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar