Dalam Debat Malam Ini Babe Kenalkan Konsep Pembangunan Trigati

oleh -
Bambang Wisnu Handoyo ngobrol santai dengan relawan dan timses. (dok. relawan Babe)

GUNUNGKIDUL, (KH),– Menjelang debat putaran pertama calon bupati Gunungkidul diselenggarakan KPU melalui siaran langsung TVRI Stasiun Yogyakarta Selasa (27/10), malam ini, tak terlihat ada persiapan khusus pasangan calon bupati Gunungkidul nomor urut 3, Bambang Wisnu Handoyo dan Benyamin Sudarmadi. Keduanya hanya bertemu tim dan terlihat aktivitas santai, seperti ngobrol sembari ngopi di Posko Pemenangan, di Dusun Tunggul, Kelurahan Semanu, Kapenewon Semanu, Senin (26/10) malam.

“Persiapan khusus tidak ada. Tadi hanya ngobrol bincang-bincang santai sambil ngopi. Persiapan sudah matang. Jadi tadi yang dibahas justru hal-hal yang sifatnya teknis seperti pemberangkatan ke TVRI dan pakaian,” kata relawan Bambang Wisnu-Benyamin, Sujoko ketika dihubungi semalam.

Joko mengatakan, kegiatan rutin Bambang Wisnu dan Benyamin Sudarmadi bertemu dengan kelompok warga masyarakat tetap berjalan sebagaimana jadwal yang sudah tersusun sejak pagi hingga malam hari. Demikian halnya kegiatan menerima kunjungan perwakilan kelompok masyarakat di Posko Bakmi Jawa juga tetap jalan seperti biasanya.  “Apalagi Bambang Wisnu-Benyamin juga sudah menyanggupi siap memenuhi keinginan warga yang ingin bisa berdialog secara langsung. Jadi ya jalan seperti hari biasa, tinggal ngobrol bersama tim dan juga sejumlah aktivis,” ujar Sujoko.

Tidak adanya kesiapan khusus jelang acara debat antar cabup, dikarenakan konsep Trigati berupa konsep pembangunan Gunungkidul ala Bambang Wisnu sudah mencakup materi tema debat. Aktivitas biasa juga terlihat dengan hadirnya rombongan dari kelompok pemuda NU Gunungkidul tergabung dalam Santrine Gus Muwafiq (SGM) menggelar tirakatan rutin dan dipimpin langsung Gus Muwafiq hingga jelang subuh tadi.

Direktur konten calon bupati nomor urut 3, Endro Tri Guntoro, mengaku yakin acara debat calon bupati di TVRI bakal menjadikan Bambang Wisnu bak “macan panggung” menghadapi ketiga lawannya. Tiga tema utama debat dari mulai kemiskinan, kesejahteraan sosial dan kemandirian desa cukup menguntungkan cabup yang diusung PDI Perjuangan ini.

Endro mengatakan, tema debat KPU kali ini merupakan materi utama setiap  Bambang Wisnu sosialisasi dengan kelompok masyarakat.

“Ya bersyukur, tema ini menempatkan Bambang Wisnu jadi macan panggung di debat nanti malam. Auranya tim lawan sudah terlihat saat bertemu dalam koordinasi KPU. Lawan-lawan kami semakin terlihat mulai tidak pede dengan calonnya sendiri,” ungkap mantan jurnalis yang kini mendampingi tata kelola pemerintah desa di Gunungkidul ini.

Diakui Endro, Bambang Wisnu memiliki jam terbang dan praktik langsung mengelola soal kesejahteraan sosial dan kemandirian desa selama berpengalaman 20 tahun ada di Pemerintah DIY membantu Gubernur DIY Sinuwun Sri Sultan HB X.

Itulah, lanjut Endro, PDI Perjuangan juga mengimbau seluruh laskar, posko pemenangan, dan relawan wajib ajak masyarakat meyaksikan acara debat TVRI stasiun Yogyakarta mala mini.

“Untuk melihat  Bambang Wisnu yang cukup visioner layak memimpin Gunungkidul dibandingkan  Sunaryanto, Immawan, juga Sutrisna,” pungkas Endro.

Debat putaran pertama calon bupati Gunungkidul 2020 dilaksanakan KPU ditayangkan langsung melalui TVRI stasiun Yogyakarta malam ini jam 19.30 WIB dengan protokoler kesehatan secara ketat di tengah masa pandemi covid19 tanpa kehadiran pendukung. Debat putaran pertama kali ini  mempertemukan calon bupati untuk tema “Mengatasi Kemiskinan Menuju Kesejahteraan Sosial Ekonomi dan Kemandirian Desa”.

Sebagaimana dikenalkan sebelumnya, konsep Trigati, tri (tiga) dan gati (pokok, penting dan inti) merupakan tiga gagasan pokok/inti yang terawat dan harus diwujudkan. TRIGATI bukanlah konsep yang datang dari langit atau saduran dari buku-buku teks yang kebak dengan teori-teori mengawang. TRIGATI lahir dari kearifan lokal budaya Nusantara dan elan-vital (semangat/spirit) warga Gunungkidul.

Tiga gagasan pokok/inti TRIGATI adalah sebagai berikut. Pertama, Bhinekka Tunggal Ika. Bhinekka Tunggal Ika memiliki intisari kerukunan. Kerukunan menjadi dasar perubahan Gunungkidul. Warga Gunungkidul dikenal bukan hanya karena keuletan, ketangguhan dan ketelatenannya melainkan juga karena dorongan semangat untuk hidup rukun sungguh luar biasa. Bisa ditemukan di pelosok-pelosok desa, semangat kerukunan dan gotong royong sungguh nyata. Hal tersebut merupakan kekuatan penting bagi pembangunan di Gunungkidul.

Kebhinekaan di Gunungkidul haruslah menjadi nafas utama. Beragam jenis kesenian, suku, agama dan kelompok ada di Gunungkidul.  Semuanya merupakan sumber daya penting untuk menghidupi bumi handayani. Presiden Pertama, Ir Soekarno telah mengingatkan dengan istilah JAS MERAH atau “Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah”. Presiden sungguh titis lan nitis tentang sejarah bangsa. Demikian pula bagi warga di Gunungkidul. Warga Gunungkidul tak boleh melupakan sejarah peradaban dan kelahiran bumi handayani. Sejarah adalah kekuatan menyongsong masa depan Gunungkidul yang lebih baik.

Kedua, Keistimewaan Budaya Mataram. Semua perlu bersikap tegas bahwa keistimewaan adalah anugerah yang luar biasa. Dalam pengertian ini, keistimewaan historis dan kultural menjadi dasar kita melangkah. Perlu disyukuri bahwa keistimewaa Yogyakarta memiliki embrio di Bumi Handayani. Maka peran serta warga Gunungkidul dalam menjaga keistimewaan Yogyakarta layaknya seorang petani mencintai, merawat dan menggarap tanahnya. Bumi Handayani harus manjing nyawiji dan manunggal dengan Bumi Ngayogyakarta Hadiningrat. “Manunggaling Kawula Gusti”, pertama-tama bukan hanya dalam arti fisik melainkan juga dalam pengertian spiritual.

Ketiga, Negara Kesatuan Republik Indonesia. “NKRI Harga Mati”, demikian kita sering mendengar ungkapan ini. Pernyataan tersebut berarti NKRI tidak untuk ditawar. NKRI telah final. NKRI adalah bingkai besar keistimewaan dan kebhinekaan. Putra-putri Bumi Handayani selayaknya mempersembahkan yang terbaik bagi NKRI lewat karya dan kreatifitasnya. Mencintai Bumi Handayani sekaligus mencintai kebhinekaan, keistimewaan dan NKRI. Oleh karena itu, TRIGATI adalah perwujudan cinta kepada Bumi Handayani. Dengan cara ini, kesejahteraan dan keadilan bagi masyarakat Gunungkidul akan mampu diraih bersama. (Red)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar