GUNUNGKIDUL, (KH) – Kasus dugaan keracunan massal makanan bergizi gratis (MBG) mengguncang wilayah Saptosari, Gunungkidul. Sedikitnya 695 siswa dari berbagai sekolah dilaporkan mengalami gejala mual, muntah, diare, dan pusing usai menyantap MBG yang dibagikan pada Selasa (28/10/2025).
Menanggapi insiden tersebut, Bupati Gunungkidul Endah Subekti Kuntariningsih bergerak cepat dengan memerintahkan Dinas Kesehatan (Dinkes) Gunungkidul untuk segera mengambil sampel makanan dan air guna dilakukan uji laboratorium.
“Informasinya, air di lokasi ini mengandung bakteri E. coli yang bisa menyebabkan diare. Beberapa waktu lalu sebenarnya sudah dilakukan pengecekan,” ujar Endah saat memantau langsung ke Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Planjan, Saptosari.
Bupati Endah menegaskan agar pengecekan dilakukan menyeluruh, mulai dari air yang digunakan untuk memasak dan mencuci bahan makanan hingga sampel MBG yang dikonsumsi para siswa sehari sebelumnya.
“Nanti mau dites sampel makanannya dan air galonnya. Jangan-jangan galon diisi dari air kran lalu dibawa ke sini. Perlu dilihat juga asal perusahaan galon itu,” tegasnya.
Hasil inspeksi mendadak (sidak) Bupati dan tim di lokasi SPPG menemukan sejumlah catatan penting untuk evaluasi. Di antaranya, makanan panas yang langsung ditutup tanpa pendinginan bisa menimbulkan bau tidak sedap dan cepat basi. Selain itu, sumber air serta proses pencucian alat masak juga mendapat sorotan.
Kemarahan Bupati Endah pun tak terhindarkan setelah mengetahui hampir 700-an siswa di wilayahnya harus mengalami gejala keracunan akibat kelalaian pengelolaan MBG. Ia menilai, petugas SPPG Planjan kurang sigap dalam menangani kejadian tersebut.
“Secara keseluruhan saya sangat mendukung program Makanan Bergizi Gratis. Namun jika di lapangan terjadi hal seperti ini, kami tidak bisa diam saja. Ini menyangkut nyawa anak-anak kita,” tegas Endah dengan nada kecewa.
Dinas Kesehatan Ambil Sampel untuk Uji Laboratorium
Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul, Ismono, membenarkan bahwa pihaknya telah mengambil sejumlah sampel makanan dan air dari lokasi pengolahan MBG untuk diperiksa di laboratorium.
“Ada nasi, sayur, dan air yang digunakan oleh pihak SPPG untuk memasak serta mencuci peralatan yang kami ambil untuk diuji laboratorium,” terang Ismono.
Sebelumnya, berdasarkan pendataan Dinkes, terdapat 476 siswa SMK dan 186 siswa SMP yang mengalami gejala keracunan, sementara 33 siswa lainnya absen karena merasakan keluhan serupa.
“Kami masih terus memantau kondisi siswa, baik yang dirawat di RSUD maupun di Puskesmas, termasuk yang sudah pulang. Jika ada siswa lain mengalami gejala serupa, kami imbau segera melapor dan periksa ke fasilitas kesehatan terdekat,” tambahnya.
Ismono juga menyebut, dari 18 siswa yang masih dirawat di RSUD Saptosari, satu di antaranya kemungkinan harus menjalani rawat inap, sedangkan 30 siswa lainnya masih diobservasi di Puskesmas Saptosari.
Kasus ini menambah daftar panjang insiden yang melibatkan program Makanan Bergizi Gratis (MBG) di berbagai wilayah. Warga berharap, pemerintah daerah dapat memperketat pengawasan terhadap pengelola SPPG agar kejadian serupa tidak terulang kembali.
Program MBG sendiri merupakan program nasional gagasan Presiden Prabowo Subianto yang bertujuan meningkatkan gizi pelajar. Namun, insiden seperti ini menjadi peringatan serius agar pelaksanaan di lapangan benar-benar memenuhi standar kebersihan dan keamanan pangan.







