PATUK, kabarhandayani.– Buah kakao merupakan buah yang dapat diolah menjadi berbagai produk makanan, mulai dari makanan yang familiar seperti coklat hingga divariasikan dengan olahan yang unik dan beda. Oleh karena itu, kini mulai banyak warga yang minat untuk membudidayakan tanaman yang bernama latin theobroma cacao asal Amerika Selatan ini.
Seperti halnya Samidi (49) warga Padukuhan Nglanggeran Kulon, Desa Nglanggeran, Kecamatan Patuk, Gunungkidul yang sudah membudidayakan kakao sejak 2008. “Umur tanaman kakao saya kini sudah sekitar 6 tahun dan sudah produktif sejak umur 2 tahun untuk dipanen setiap minggunya,” ungkapnya pada Senin (7/7/2014).
Samidi menjelaskan, di atas lahan seluas 1,5 hektar yang terbagi dalam 4 lokasi kini sudah ada sekitar 900 pohon. Dari seluruh kebun miliknya, dalam setiap minggu ia mampu memanen sekitar 45 kg biji kakao basah.
Menurut penuturan Samidi, setiap 3 kg kakao basah dapat menjadi sekitar 1 kg kakao kering sehingga setiap minggunya ia mampu mengumpulkan sekitar 15 kg biji kakao kering. Sedangan harga 1 kg biji kakao kering sekitar Rp 25.000,00 hingga Rp 27.000,00.
Agar pohon dapat berbuah banyak, cara penanaman dan perawatannya harus diperhatikan. Bibit ditanam pada lubang seluas 50 x 50 cm yang telah diberi pupuk organik dan didiamkan selama 25 hari. Hal ini dimaksudkan agar tanah dan pupuk dapat bercampur alami dengan baik. Bibit yang ditanam pun dikembangkan dari biji dengan umur bibit sekitar 9 bulan.
Samidi menegaskan, yang harus diperhatikan dalam budidaya kakao terletak pada pemangkasan dan pembersihan area kebun dari gulma. Pasalnya, jika tidak dipangkas maka daun-daun pada cabang yang tidak produktif akan menghambat masuknya cahaya matahari yang harusnya menyinari bagian bawah pohon.
“Pemangkasan harus rutin, kalau rimbun tanaman tidak berbuah. Dan jika tidak terkena langsung sinar matahari, tumbuhan akan terserang jamur sehingga menimbulkan buah busuk. Kualitas buahnya pun tidak baik,” kata Samidi.
Hal lain yang perlu dibuat adalah lubang di sekitar pohon yang fungsinya untuk menampung daun-daun kakao yang sudah kering. Nantinya, daun-daun tersebut difungsikan menjadi pupuk alami. Pada awal penanaman kakao hingga umur 1 tahun diperlukan tanaman pelindung yang lebih tinggi dari kakao, namun ketika sudah mulai produktif sebaiknya tanaman pelindung dikurangi agar tidak mengganggu.
Kakao yang sudah siap dipanen kulitnya berwarna kekuning-kuningan. “Hasilnya cukup lumayan. Ini kan buah yang tidak mengenal musim jadi berbuah kapan saja. Yang penting telaten tetapi kalau tanamannya sudah produktif tinggal perawatannya saja,” pungkas Samidi. (Mutiya/Hfs)