Blas dan Kresek Serang Padi Yang Lembab dan Terlalu Banyak Pakai Pupuk Nitrogen

oleh -3648 Dilihat
oleh
Pengendalian jamur Blas dan penyakit Kresek RPT Handayani di Pampang, Paliyan. (KH/ Kandar)

PALIYAN, (KH),– Regu Perlindungan Tanaman (RPT) Handayani melakukan penyemprotan serentak tanaman padi di Kalurahan Pampang, Kapanewon Paliyan, Gunungkidul, Rabu (6/1/2021).

Dalam pelaksanaan pengendalian penyakit padi itu, RPT yang sebelumnya diminta oleh kelompok tani milenial kalurahan setempat didukung oleh Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Gunungkidul dan DIY.

Sebagaimana disampaikan Kepala DPP Gunungkidul, Bambang Wisnu Broto, belakangan ini pihaknya banyak melakukan upaya pengendalian hama dan penyakit tanaman padi di beberapa wilayah Gunungkidul.

“Di Kalurahan Pampang, Paliyan berdasar laporan ada 50 hektar tanaman padi yang terserang penyakit jamur,” kata dia disela pemantauan kegiatan pengendalian.

Faktor penyakit jamur Blas dan ‘Kresek’, ungkap dia, diantaranya disebabkan oleh kondisi tanaman padi yang terlalu lembab. Kelembaban tanaman padi diakibatkan oleh cuaca dan sistem tanam yang diterapkan.

“Jarak tanam berpengaruh. Selain itu penggunaan pupuk Nitrogen (N) yang terlalu berlebihan juga menjadi pemicunya,” tandas Bambang.

Penggunaan pupuk bernitrogen diantaranya Urea, NPK, ZA yang berlebihan berisiko memunculkan penyakit bagi padi. “Petani tidak puas jika tanamannya kurang hijau, lalu diberi pupuk terlalu banyak itu keliru,” tegas di

Pihaknya berharap, pengendalian yang dilakukan dapat menghindarkan dampak buruk berupa gagal panen akibat penyakit padi.

Turut menyertai kegiatan pengendalian, Kepala Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit (LPHP) Yogyakarta, Ir Paryoto mengungkapkan, berdasar deteksi yang dilakukan, ada dua jenis gangguan yang dialami tanaman padi di wilayah Pampang, yakni penyakit Blas yang disebabkan oleh jamur Pyricularia grisea dan penyakit BLB atau sering disebut sebagai penyakit Kresek yang disebabkan oleh bakteri.

“Penyemprotan bukan menggunakan kimia, tapi Agen Pendendali Hayati (APH). Kandungannya juga untuk antisipasi walang sangit,” ujar dia.

Bahan yang dilarutkan dengan air pada ukuran tertentu tersebut sementara ini baru diproduksi Dinas Pertanian DIY melaui Pusat Pengembangan Agen Hayati (PPH).

Paryoto meyakini, asal belum terlambat, Blas dan Kresek mampu diatasi. (Kandar)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar