“Selain itu pada upacara penutupan akan digelar pertunjukan Kethoprak “SAGOPI”. Persembahan spesial karang taruna Mekar Pandega ini juga delengkapi dengan Nostalgia Jajanan Kuno Pameran Kuliner, Legondo, Cabuk, Tempe Bungkil, Jenang Sumsum, Jadah Tiwul, Serje, Jamu, Wedang Secang, dan lainnya,” urai Widodo, Kamis, (21/7/2016).
Selakui pemerintah desa, ia beharap acara ini mampu menjadi media edukasi, pemersatu masyarakat, mengiringi tumbuh dan kembangnya pembangunan infrastruktur maupun peningkatan kualitas sumber daya manusia di Desa Gari.
“Gari Art Festival digagas supaya menjadi cambuk semangat, menjadi wadah, menjadi salah satu ruang alternatif bersama membangun dan menjaga eksistensi budaya/ kearifan lokal yang sudah ada dan selanjutnya agar dapat dilestarikan, diwariskan dari generasi ke generasi,” ulasnya.
Sementara itu Ketua Panitia penyelenggaraan event, Septyan Nurmansyah menambahklan, Pengertian tema Ngangsu Kawruh dalam bahasa jawa, ngangsu adalah proses menimba, sedangkan kawruh adalah ilmu/ wawasan. Dalam konsep kali ini ngangsu kawruh diartikan sebagai proses menimba/ belajar mencari ilmu pengetahuan terhadap siapa saja/ keadaan/ daerah yang bisa dijadikan panutan dalam mengembangkan diri, sehingga akan berdampak berkembangnya wawasan, tumbuhnya kepekaan terhadap apa yang dipelajari.
“Tema ini dilatarbelakangi oleh kondisi wilayah Desa Gari yang terdiri dari sembilan padukuhan yaitu; Gari, Gatak, Gelung, Gondangrejo, Ngijorejo, Kalidadap, Jatirejo, Ngelorejo, Tegalrejo. Sebuah kesatuan dalam desa yang mempunyai ragam potensi budaya baik kesenian, bahasa daerah adat istiadat, cagar budaya, kuliner, permainan tradisional, dan ilmu pengobatan,” terang dia.
Ngangsu kawruh, lanjutnya, sebagai wadah pembelajaran bagi masyarakat dan generasi muda khususnya, bahwa mempelajari dan tahu hal terdekat yang ada di daerah sendiri justru menjadi nilai penting, kedepan diharapkan menjadi pondasi, identitas budaya baik secara personal maupun kesatuan dalam masyarakat.
“Ketika kita sebagai masyarakat paham terhadap apa yang ada disekitar kita, tentunya akan menjadi landasan semakin bertumbuhnya kecintaan, kebanggaan terhadap desa sendiri,” kata Septyan lagi. (Kandar)