Bersih Telaga Dan Kegiatan Literasi Warnai Peringatan Sumpah Pemuda Padukuhan Trowono

oleh -8126 Dilihat
oleh
Kegiatan Orangtua membacakan buku warnai peringatan Sumpah Pemuda di Padukuhan Trowono, Paliyan. KH
Kegiatan Orangtua membacakan buku warnai peringatan Sumpah Pemuda di Padukuhan Trowono, Paliyan. KH

PALIYAN, (KH),– Banyak cara dilakukan untuk memperingati Hari Sumpah Pemuda. Seperti di Padukuhan Trowono, Desa Karangasem, Kecamatan Paliyan, Gunungkidul ini. Karangtaruna setempat menggelar beragam kegiatan pada Minggu, (28/10/2018) lalu.

Ketua Pemuda Padukuhan Trowono, Wawan Hari Purnomo mengatakan, kegiatan peringatan Hari Sumpah Pemuda erat kaitannya dengan aspek pendidikan. Kegiatan melibatkan 3 lingkungan penting pendidikan, yakni keluarga, sekolah dan masyarakat.

“Selain upacara peringatan Sumpah Pemuda, ada kegiatan literasi budaya, orangtua membacakan buku kepada anak (PAUD), bersih telaga, melukis, senam PAUD dan outbond,” terang Wawan.

Terlibat dalam kegiatan peringatan, diantaranya Kelompok Bermain (KB) Safira, SDN Trowono I, dan PLT UNY. Menurut Wawan, Kesempatan ini merupakan moment berharga bagi masyarakat untuk lebih memperhatikan pendidikan yang sebenarnya dimulai dari keluarga, sekolah dan lebih luas lagi di masyarakat.

“Tiga lingkungan pendidikan ini merupakan satu paket kesinambungan pendidikan,” sambung Wawan.

Sementara itu, pengelola KB Safira, Sigit Purnomo mengatakan, bersama pemuda pihaknya sepakat berupaya mengingatkan kepada seluruh orang yang berada di tiga lingkungan pendidikan ini untuk bersama-sama menggugah semangat dan menyadari sepenuhnya bahwa generasi penerus yang akan datang merupakan tanggungjawab bersama.

KB Safira membersamai kegiatan ini dengan kegiatan orangtua membacakan buku kepada anak sebagai tindak lanjut dari Gernas Baku yang menjadi program literasi di lembaga KB Safira. Moment Sumpah Pemuda sangat tepat untuk menularkan dan mensosialisasikan kepada masyarakat yang lebih luas bahwa literasi harus dimulai sejak dini.

“Tidak ada kata terlambat untuk mulai belajar, belajar itu sepanjang hayat. Dimulai dari diri sendiri membaca buku minimal 10 menit sehari. Begitu pula para orangtua yang memiliki anak usia dini segera lakukan kegiatan orangtua membacakan buku kepada anak sebagai kegiatan pembiasaan,” papar Sigit.

Dirinya mendorong masyarakat khususnya di Padukuhan Trowono untuk mengupayakan memiliki ‘Pojok Baca’ di rumah masing-masing.

Saat ini pengelola KB Safira telah dibekali berbagai pengetahuan tentang literasi keluarga oleh Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat sebagai peraih apresiasi Gerakan Orangtua Membacakan Buku kepada Anak Tahun 2018. Sehingga KB Safira selalu membuka diri untuk bergerak bersama masyarakat untuk menggalakkan kegiaqtan literasi.

Lebih jauh disampaikan, perlu pula memberikan wacana kepada seluruh elemen masyarakat bahwa setiap diri adalah guru bagi generasi penerus. Karenanya perlu penyadaran yang tinggi agar orang tua bisa menjaga ucapan, perilaku, dan tindakan di depan anak-anak. Karena setiap ucapan, perilaku, tindakan kita menjadi literasi bagi anak-anak. Mereka merekam setiap peristiwa melalui panca inderanya. Seiring dengan tumbuh kembang mereka, hal tersebut akan selalu diingatnya.

“Begitu juga dengan kegiatan peringatan Sumpah Pemuda kali ini, peristiwa peringatan akan menjadi Literasi bagi generasi dan setiap yang terlibat untuk bisa memupuk rasa cinta pada Bangsa Indonesia, pada Tanah Air Indonesia dan kepada Bahasa Persatuan Bahasa Indonesia,” urai lelaki berambut ikal ini.

Telaga dipilih menjadi pusat kegiatan peringatan Sumpah Pemuda. KH

Hal lain yang menarik, pelaksanaan kegiatan peringatan berada di telaga. Menurut Sigit, hal tersebut juga merupakan literasi. Literasi tentang keberadaan telaga yang indah di lingkungan pemukiman. Bahwa telaga harus dicintai, harus dijaga keberadaannya sebagai sumber mata air yang menghidupi masyarakat di sekitarnya. Sebagaimana PDAM, airnya juga berasal dari mata air di sekitar. Sudah menjadi kewajiban bersama untuk menjaga dan melestarikan mata air.

Lanjut lelaki yang akrab disapa Wage ini makna tema peringatan “Wani Sumpah Kudu Obah” mengandung spirit bahwa hidup adalah sebuah komitmen seperti halnya ikatan sumpah. Harus ditepati harus dijalankan serta harus bergerak.

Belajar saja tidak cukup tapi harus dilaksanakan dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Ditegaskan, ajakan kepada masyarakat untuk mencintai literasi akan terus digaungkan, karena literasi menjadi awal melangkah menapaki kehidupan yang telah menjadi sumpah bagi siapapun untuk menjadi lebih baik pada hari-hari berikutnya.

Berdasar pantauan hal yang cukup berbeda juga sangat nampak. Pada kegiatan yang berlangsung dari pagi hingga sore itu, beberapa properti yang digunakan untuk melangsungkan acara berasal dari barang-barang bekas. Ada kaleng bekas, botol oli bekas dan banner yang dipampang juga banner bekas. Hal tersebut merupakan sebuah ajakan pembiasaan mendaur ulang dengan kembali memanfaatkan barang-barang bekas. (Kandar)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar