BBM Naik, Warung Kelontong Pun Terpaksa Tambah Modal

oleh -2503 Dilihat
oleh
Bbm
Ria Sofia Anggraini saat mengunjungi warung kelontong di Bunder, Patuk, Gunungkidul. (dok. pribadi Ria Sofia)

GUNUNGKIDUL, (KH),– Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) membuat pelaku usaha di Gunungkidul harus kembali melakukan penyesuaian biaya. Termasuk pada para pedagang bahan pokok. Sebagaimana diketahui kenaikan subsidi BBM juga menyebabkan inflasi, pertumbuhan ekonomi serta kemiskinan.

Berdasarkan kebijakan pemerintah, alasan menaikan harga BBM diantaranya karena sekitar 70% subsidi BBM dinikmati kelompok masyarakat mampu. Dengan kata lain tidak tepat sasaran.

Kebijakan tersebut membuat pelaku ekonomi dan UMKM kelimpungan. Dimana mereka harus menambah modal guna membeli barang yang akan dijualnya.

Wardinem, pedagang warung kelontong di Kalurahan Bunder, Kapanewon Patuk, Kabupaten Gunungkidul mengaku harus menambah biaya operasional setelah adanya kebijakan tersebut.

“Dengan adanya kebijakan naiknya harga BBM, harga bahan pokok ikut melambung tinggi. Sebab, bahan pokok yang dibeli dari luar daerah membutuhkan bahan bakar untuk mengangkutnya” ujar Wardinem belum lama ini saat ditemui.

Sebenarnya, lanjut dia, kenaikan dan penurunan harga bahan pokok sudah biasa. Hal tersebut disebabkan oleh banyak faktor selain harga BBM, seperti iklim dan distribusi yang tidak stabil. Oleh sebab itu, para pedagang kecil pun mau tak mau harus mengikuti perubahan harga tersebut.

“Sejak tahun 1980 sudah mulai berdagang, jadi saya sudah mengalami suka dukanya menjadi pedagang. Alhamdulillah masih bisa berjalan sampai saat ini,” imbuhnya.

Wardinem mengaku, jika langkah yang diambil tepat dan tidak merugikan orang lain dia yakin usahanya dapat berjalan terus atau awet. Termasuk jika ada pesaing. Konsistensi serta diperolehnya kepercayaan pelanggan membuatnya tetap yakin atas usahanya.

“Tidak sedikit muncul pesaing. Pernah ada yang membangun usaha yang sama dengan saya, Ia berusaha menarik pelanggan saya dengan memberi harga jual tidak terukur, bahkan memberi tawaran cashbon. Usaha saya mendadak sepi, tetapi hal tersebut tidak berlangsung lama, saya tetap bertahan,” terangnya.

Warung yang ia kelola sudah berdiri sejak lama. Selama ini tetap memberikan harga yang wajar. Dapat untung tetapi tidak berlebihan. Termasuk saat harga bahan pokok terkena imbas kebijakan kenaikan BBM, penyesuaian harga pun ia dilakukan. Namun, masih tergolong sepadan dengan harga saat belanja.

Barang dagangan yang dijual di warung miliknya bermacam-macam. Beberapa diantaranya yaitu, sayur mayur, bumbu dapur, gula, minyak, makanan ringan, aneka daging, dan kebutuhan pokok lainnya.

“Biasanya harga yang tidak stabil yaitu cabai, telur, dan minyak. Untuk harga cabai apabila sedang mengalami kenaikan akan lebih sedikit jumlahnya, sedangkan untuk telur dan minyak menyesuaikan harga belinya,” pungkas Wardinem.

Penulis : Ria Sofia Anggraini (Mahasiswa Prodi Manajemen Semester 3 Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta), Ignatus Soni Kurniawan, S.E, M. Sc. (Dosen Fakultas Ekonomi Prodi Manajemen UST Yogyakarta)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar