Baru Saja Ciptakan Mesin Penghasil Pemberat Jala Ikan, Zainal Dapat Order 5 Ton

oleh -16530 Dilihat
oleh
Zainal Arifin menunjukkan mesin dan produk yang dihasilkan. (KH/Kandar)

SEMIN, (KH),– Indonesia merupakan negara maritim. Cukup banyak penduduk di negeri berjuluk Zamrud Khatulistiwa ini berprofesi sebagai nelayan atau bekerja dibidang perikanan. Sektor tersebut menjadi satu dari tiga sektor jenis mata pencaharian dengan tenaga kerja paling banyak.

Tingkat kebutuhan sarana prasarana yang berkaitan dengan sektor tersebut cukup tinggi. Misalnya saja kebutuhan pemberat jala ikan. Orang yang tidak berkecimpung dibidang perikanan sepertinya tak banyak yang tahu, bahwa kebutuhan piranti yang berfungsi agar jala ikan mudah tenggelam ketika ditebar itu cukup tinggi.

Peluang tersebut ditangkap warga Padukuhan Garotan, Kalurahan Bendung, Kapanewon Semin, Gunungkidul, Zainal Arifin. Mulanya lelaki berusia 40 tahun ini menggeluti bidang kerajinan pembuatan lampu antik. Disela-sela kegiatannya itu ia juga menjadi montir di bengkel sepeda motor yang ia dirikan. Utak atik mesin menjadi kebiasaanya tiap hari.

Tak berlebihan jika lulusan SMEA Muh Semin ini dibilang brilian. Sebab, meski tak pernah mengenyam pendidikan pada jurusan spesialisasi otomotif di perguruan tinggi, dirinya mampu menciptakan berbagai mesin. Untuk mendukung usaha kerajinan lampu antik ia menciptakan mesin pembentuk cincin rangka lampu antik. Beberapa mesin lain berbahan limbah otomotif juga dibuat guna menunjang pembuatan lampu antik.

Awal tahun ini, pertemuannya dengan salah satu distributor pemberat jala ikan, memunculkan ide untuk membuat mesin pencetak mata rantai yang berfungsi sebagai pemberat jala atau jaring.

“Bertemu distributor rantai pemberat jala ikan saat belanja kawat. Saya lantas diminta mencoba membuat mata atau cincin-cincin rantai. Rantai berbahan kawat untuk pemberat jala ikan disebut permintaannya sangat tinggi,” kata lelaki berkaca mata ini saat ditemui, Selasa, (14/7/2020).

Dirinya tak menyangka bahwa kebutuhan rantai itu cukup banyak. Dari komunikasi yang kemudian dilanjutkan menggunakan telepon, pemesan membutuhkan setidaknya rantai pemberat jalan ikan kurang lebih sekitar 3 ton tiap bulan. Dari jumlah sekian itu, dirinya berfikir, untuk membuatnya harus ada mesin baru agar produksi cincin atau mata rantai lebih efektif biaya dan waktu.

“Sebab jumlah sekian itu tidak mungkin jika dibuat manual,” terang Zainal.

Dirinya lantas merancang mesin baru. Tentu saja seperti mesin-mesin ciptaannya terdahulu, bahannya berasal dari limbah otomotif. Sekitar dua bulan dirancang dan dibuat sekaliguas diuji coba, kinerja mesin terus diperbaiki.

Setelah dirasa memiliki hasil cukup baik, dirinya mengirim sampel kepada pemesan. Usai menerima kiriman produk dari Zainal Arifin, pemesan lantas melakukan pemesanan dalam partai besar.

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar