Ayo Pahami! Inilah 4 Mitos Penyakit TB yang Salah Kaprah

oleh -1095 Dilihat
oleh
Stop tubercolusis campaign. tbonline.info
Stop tubercolusis campaign. tbonline.info

KH,- Sabtu kemarin, 24 Maret 2018 menjadi peringatan Hari Tuberkolusis Sedunia. Peringatan Hari Tuberkulosis Sedunia sesungguhnya menjadi momentum untuk meningkatkan kewaspadaan sekaligus pengetahuan soal penyakit tuberkulosis (TB/TBC).

Dr dr Erlina Burhan, SpP(K), dokter pemerhati TB di Jakarta mengatakan, kurangnya pemahaman dan pengetahuan soal TB masih menjadi salah satu penghambat penanganan TB di Indonesia. Kurangnya pengetahuan juga membuat masyarakat sulit membedakan mana fakta dan mitos soal penyakit TB.

Beberapa pernyataan ini sudah terbukti sebagai mitos karena sudah dibantah secara ilmiah. Apa saja?

1. Mitos: Santet dan guna-guna

Salah satu gejala khas TB adalah batuk darah. Di beberapa kelompok masyarakat, masih ada yang percaya bahwa batuk darah disebabkan oleh santet dan guna-guna dari orang yang tidak disukai.

Hal ini dengan tegas dibantah oleh dr Erlina. TB dikatakannya disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, bukan karena santet, guna-guna atau ilmu hitam.

2. Mitos: Menular lewat pakaian dan alat makan

TB memang termasuk penyakit yang mudah menular lewat udara. Risiko penularan terjadi ketika pasien TB batuk atau bersin di tempat terbuka.

Meski begitu, dr Erlina mengatakan TB tidak bisa menular lewat pakaian, sendok, piring dan alat makan lainnya. Sebabnya, kuman TB mudah mati jika terkena paparan sinar matahari.

3. Mitos: Tidak bisa disembuhkan

Dahulu, TB memiliki tingkat kefatalan yang tinggi. dr Erlina mengatakan ini terjadi karena minimnya pengetahuan soal penyakit TB, dan belum disiplinnya penggunaan obat oleh pasien.

Namun kini, TB bisa disembuhkan secara total. Syaratnya, pengobatan rutin dilakukan selama 6 bulan berturut-turut tanpa putus.

4. Mitos: TB penyakit orang miskin

Orang miskin dengan ekonomi ke bawah lebih berisiko mengalami TB karena beberapa hal, misalnya rumah yang sempit dengan sirkulasi udara yang tidak baik dan kurang nutrisi yang membuat daya tahan tubuh lemah.

Namun bukan berarti kalangan menengah ke atas tidak bisa terinfeksi TB. Masyarakat kota besar juga memiliki risiko besar terpapar kuman TB saat di tempat umum seperti terminal dan stasiun, serta komplikasi penyakit seperti diabetes dan HIV. (Antaranews/Kandar).

***

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar