WONOSARI, (KH)— Perjuangan Ahnaf Fauzy Zulkarnain yang berhasil lolos seleksi hingga tahap 18 besar pada ajang Kalbe Junior Scientist Awards (KJSA) 2016 tak terjadi secara instan. Ternyata untuk mencapai tahap ini Ahnaf harus melakukan rangakaian pengamatan serta eksperimen yang panjang, hal ini tentu saja membutuhkan waktu dan biaya.
Selain itu, keikutsertaannya pada ajang ini merupakan kali kedua, yang kemudian membuatnya berhasil lolos dipanggil ke Jakarta untuk mengikuti tahapan seleksi selanjutnya. Sementara itu, sekolah tempat Ahnaf menuntut ilmu, SD Karangrejek II, telah mengikuti event yang sama sejak tahun 2011 (Baca: Ahnaf Masuk 18 Finalis Peneliti Cilik KJSA 2016 di Jakarta).
Bersama guru dan sekaligus ayah kandungnya, Ahnaf kini bersaing di Jakarta guna meraih predikat 9 Peneliti Cilik Indonesia. Ia ke Jakarta membawa sebuah hasil karya teknologi yang sangat bermanfaat serta dapat mendorong perkembangan teknologi terapan di Gunungkidul. Karya inilah yang membuat para juri memutuskan memanggil Ahnaf ke Jakarta.
Di Jakarta, dengan bangganya Ahnaf akan mempresentasikan sebuah alat yang dapat dimanfaatkan petani jagung dan pembuat keripik singkong atau keripik pisang. Pujiyanto S.Pdi, guru pembimbing Ahnaf menuturkan, pemilihan dan penemuan alat ini berangkat dari pengamatan yang mereka lakukan.
Mereka mencermati cara yang digunakan petani di daerah tempat tinggalnya dalam merontokkan biji jagung masih menggunakan cara manual atau dengan menggunakan tangan sehingga menyebabkan kulit tangan memerah bahkan lecet-lecet, bahkan hasil biji jagung yang dirontokkan tidak seberapa kuantitasnya dengan kata lain tidak efisiensi dari segi waktu. Selain itu observasi juga ia lakukan terhadap para pengolah makanan ringan seperti ceriping singkong, ceriping pisang, dan makanan kecil lainnya.
Hasil observasi yang mereka lakukan didapat data bahwa jumlah produksi yang dihasilkan dalam satu hari jumlahnya hanya sedikit. Hal ini dikarenakan cara pembuatan ceriping yang masih menggunakan pasah gesek manual, bahkan terkadang secara konvensional hanya dipotong-potong menggunakan pisau dapur. Cara yang demikian dinilai sebagai penyebab pekerjaan menjadi lambat, hasil produksi sedikit, sehingga keuntungan yang diperoleh para perajin tidak maksimal.
Dari observasi yang telah dilakukan kemudian mereka menarik kesimpulan adanya dua permasalahan yang hendak dicari solusinya, yaitu, Bagaimanakah agar para petani dapat merontokkan biji jagung dengan cara yang lebih mudah dan dalam waktu yang lebih cepat?, lalu Cara apa yang dapat dilakukan agar dapat meningkatkan hasil produksi ceriping ketela/ceriping pisang?
Berawal dari masalah ini, Ahnaf bersama tim pembimbing terus melakukan riset. Dari telaah inilah akhirnya mereka menemukan sebuah alat atau teknologi sederhana yang dapat menjawab permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat di daerah tempat tinggalnya, yaitu dengan menciptakan alat sederhana untuk merontokkan biji jagung sekaligus alat yang bisa memotong bahan ceriping dengan lebih mudah dan cepat.
Satu alat yang mereka buat ini memiliki dua fungsi, yaitu sebagai alat perontok biji jagung sekaligus sebagai alat pemotong/pasah bahan ceriping ketela/ceriping pisang. Keunggulan lainnya alat ini dapat digerakkan menggunakan motor (menggunakan energi listrik) atau dapat digerakkan secara manual (tanpa listrik).
Karya teknologi ini memiliki keunikan tersendiri karena satu alat terdapat dua fungsi berbeda. Keunikkan lain karya siswa ini adalah munculnya ide atau gagasan siswa untuk menciptakan mata pisau yang dapat bergerak memutar secara teratur. Putaran pisau yang teratur akan menghasilkan bahan ceriping dari pisang maupun dari ketela dengan ketebalan potongan sama. Kayu papan berbentuk lingkaran telah didesain dengan dua mata pisau sehingga mampu memasah/memotong pisang/ketela lebih cepat dibanding cara yang dipakai masyarakat secara manual.
Untuk fungsi perontok jagung, pada alat ini terdapat lingkaran memanjang yang memutar bersamaan dengan mata pisau. Sebuah potongan karet ban bekas bergerigi tertempel pada lingkaran kayu tersebut sehingga apabila kayu berputar maka karet ban bergerigi itu dapat dimanfaatkan untuk merontokkan jagung.
Setelah alat ini selesai dikerjakan mereka melakukan eksperimen lanjutan yang langsung ditujukan pada masyarakat. Hasilnya, karya yang mereka ciptakan ini sangat bermanfaat serta memberi kemudahan bagi masyarakat yang menghendaki perontok biji jagung lebih cepat serta memberikan manfaat bagi industri rumah tangga khususnya pemilik usaha keripik pisang maupun keripik ketela.
Ahnaf bersama tim pembimbingnya memberikan nama karya sains mereka dengan sebutan “Alat Perontok Jagung dan Pasah Singkong/Pisang”. Alasan dipilihnya alat perontok jagung dan pasah singkong/pisang ini karena dapat memberikan berbagai manfaat, baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Secara langsung alat ini mampu memberikan kontribusi dan menyelesaikan permasalahan yang dihadapi petani jagung dan perajin keripik.
Bagi pelajar setingkat SD penciptaan alat ini sangat patut diapresiasi. Sebagi informasi tambahan, ajang KJSA ini mengedepankan kreativitas sisw, tetapi tidak harus muluk-muluk dengan tungkat kerumitan tinggi, karena semangat KJSA sendiri adalah menghasilkan anak yang mampu melihat masalah di sekitar kemudian mampu menemukan solusinya. Salah satunya seperti yang dilakukan Ahnaf, ia mampu melihat permasalahan petani jagung dan perajin keripik di sekitar rumahnya serta mampu menciptakan kreasi alat sebagai solusi masalah tersebut. (S. Yanto)