WONOSARI, (KH)— Potensi garis pantai sepanjang 70 km dengan berbagai kekayaan keaneka ragaman biota laut sempat direncanakan untuk digarap oleh Pemerintah Daerah (Pemda) Gunungkidul secara optimal.
Sebut saja rencana pembangunan dermaga ikan modern di Pantai Baron, dan juga pengembangan Pelabuhan Sadeng pada program Minapolitan berbasis pelabuhan kini tak terdengar lagi. Bersamaan terkubur setelah pencetus, Bupati Sumpeno Putro wafat.
Hal ini disayangkan beberapa pihak. Pertanyaannya, kenapa rencana yang telah dibuat grand design seperti pada rencana pengembangan Minapolitan kawasan Sadeng tidak berlanjut.
Seperti yang disampaikan Kepala SMK N 1 Tanjungsari, Sudiyarto, rencana pengembangan potensi maritim Gunungkidul tidak dilanjutkan oleh generasi penerus terutama pihak yang berkompeten dan memiliki tanggung jawab.
Kemauan, sebut dia, menjadi kendala utamanya. Baik dalam bekerja keras melanjutkan program serta dalam hal pembiayaan. “Visibility study untuk membangun dermaga nasional atau yang berukuran besar itu memang mahal,” kata Sudiyarto.
Tetapi, menurut dia, meski begitu tinggal bagaimana dengan kemauan Pemda. Seperti apa upaya menjalin komunikasi dengan Pemda DIY dan beberapa Kementrian terkait. Lebih jauh disampaikan, dahulu berani dan sudah ada rencana, tetapi kenapa tidak ada tindak lanjut.
Menurutnya, apabila peluang besar bisa ditangkap dari sektor maritim demi kemajuan daerah, timbul pertanyaan kenapa tidak dilakukan. Ia sebagai orang yang berprofesi didunia pendidikan khususnya penyiapan SDM berwawasan maritim memiliki harapan tersebut. Sehingga ada kesinambungan dan peluang bagi para taruna atau siswa saat lulus nanti.
“Dalam satu hari apabila nelayan bergerak di jarak 60-70 mil ke selatan bisa menangkap ikan mencapai puluhan ton. Tentu ini butuh dermaga besar dan kapal yang besar pula. Kita sudah bergerak dibidang SDMnya, impian jangka panjang alangkah lebih baik apabila tersedia lapangan pekerjaan di daerah sendiri,” ulasnya.
Lagi-lagi dia menyebut kendalanya di SDM dan SDA yang tidak tersedia. Selain itu semacam ada pilihan dari pemangku kepentingan, istilahnya, money follow priority program. Dia yakin, meski pekerjaan besar ini cakupan pelaksanaannya nasional namun apabila komitmen pemerintah daerah itu ada, maka ada kemungkinan juga berlanjut.
“Link dan komitmen daerah sebenarnya, dapat juga meniru langkah yang dilakukan Alm Sumpeno hingga sampai ketemu jalannya,” sergah Sudiyarto.
Sementara itu, ditemui terpisah, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Gunungkidul, Agus Priyanta menyebutkan, soal rencana pengembangan Sadeng, telah sampai pelaksanaan teknis identifikasi lapangan dan Pengukuran topografi dan bathimetri, serta kondisi existing pelabuhan sadeng telah dilakukan waktu itu sekitar tahun 2009/2010, hal tersebut terangkum pada Masterplan PPI Sadeng yang akan digarap hingga periode 2024-2028.
Gambaran potensi puluhan jenis ikan dengan capaian puluhan ribu ton di Samudra Hindia juga dicantumkan pada file pemaparan milik Alm Bupati Sumpeno. Kata Agus Priyanta, potensi laut selatan boleh dibilang mutiara terpendam, karena potensinya yang luar biasa.
“Menurut orang Korea, break water alami berupa bukit karst apabila dibuat dermaga sangat memungkinkan. Ahli menginformasikan sangat bagus,” imbuh Agus, Selasa, (31/6/2016)
Diakui, setelah penggagas wafat memang persiapan-persiapan itu hilang. Setelah ia menjabat, barulah tahu apabila telah ada file berupa Masterplan pembangunan Sadeng yang telah memunculkan angka pada Rencana Anggaran Biaya (RAB) pelaksanaannya mencapai Rp. 337.963.000.000.
Setahu dia, penyusunan Grand design waktu itu yang melakukan adalah kolega Alm Sumpeno, karena kalau orang lokal ia anggap belum ada yang mampu. Kemudian, data-data terkait identitas siapa nama dan kontaknya belum sempat diwariskan.
Baca Juga: Upaya dan Program DKP Gunungkidul dalam “Menyongsong Peradaban Samudera Hindia”
“Dan yang kebetulan mau membantu pun, atas dasar kedekatan dengan Alm Sumpeno, tidak tertarik lagi untuk melakukan follow up, sehingga hilang sudah kelanjutannya,” ungkap Agus.