WONOSARI, (KH) — Pemenuhan Kebutuhan air bersih bagi masyarakat di Gunungkidul terkadang mendapat kendala di beberapa tempat, terutama di wilayah yang berada di zona perbukitan Gunung seribu. Selain tidak adanya sumber air tanah (sumur), pipanisasi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Handayani juga dihadapkan pada kondisi topografi wilayah yang berbukit-bukit.
Meski adanya kesulitan dari faktor alam tersebut, konsistensi distribusi air terus diupayakan. Hal ini disampaikan oleh Kasubag Sambungan Rumah PDAM Tirta Handayani, Robby Dayanto, Jum’at (16/10/2015).
Menurutnya, selain faktor alam, biaya operasional yang tinggi, terkadang menganggu kelancaran pelayanan kepada masyarakat.
“Kita tetap memaksimalkan proses produksi, kemudian proses distribusi air,” Ujar Robby.
Kerusakan mesin dan jaringan pipa, lanjut Dia, menjadi hambatan lain yang sudah semestinya terus diupayakan pembenahannya. Seperti yang terjadi baru-baru ini, terdapat di tiga titik kerusakan mesin, dan dalam proses perbaikan.
“Hari ini perbaikan di tiga lokasi; Intake Baron 45 Kw, Reservoir (R) 3 Sumber Ngobaran, dan Intake Bribin 75 Kw. Perangkat pengganti telah kita siapkan. Segera kita tangani, supaya pelayanan kembali optimal, ” tambahnya.
Terkait biaya operasional, khusus sumber tenaga mesin (Listrik PLN), dinilai menghabiskan biaya yang tidak sedikit.
“Rata-rata tiap bulan menghabiskan dana sekitar Rp 1 Milyar 600 juta,” Jelas Sudiman, Kasubag Produksi Distribusi menambahkan.
Hingga saat ini sumber air baku yang dikelola PDAM, terdapat empat system pelayanan atau cabang utama yaitu; Cabang Wonosari memiliki 9 sumber air baku, Cabang Seropan ada 3, Cabang Bribin 3, dan Cabang Baron ada 4.
Berdasar data yang dimiliki, per Agustus 2015 data cakupan pelayanan menunjukkan, Cabang Wonosari pada luas daerah layanan 141,01 Km² mampu melayani 101,440 jiwa, atau capaiannya pada angka 88,81%, sehingga sisanya 11,19% belum terlayani. Cabang Seropan, prosentase cakupan baru pada 55,60%, sisanya 89.517 jiwa atau 44,40% belum terlayani. Sedangkan Bribin mencapai 60,50%, lalu Baron 78,72% sudah terlayani.
“Mereka yang belum terlayani PDAM menggunakan PAMDes, Sumur pribadi dan sumber air yang dikelola kelompok masyarakat, seperti OPAKg dan lainnya,” terang Sudiman.
Diungkapkan, Ke depan jika memungkinkan, akan terus dilakukan penambahan cakupan layanan. Jika dihitung ketersediaan sumber air baku, memenuhi. Dengan kata lain, terukur antara kebutuhan pelanggan dengan biaya operasional. Tidak menutup kemungkinan pengelolaan sumber air baru, seperti rencana di wilayah Gedangsari, pada sumber air Ploso Dhoyong. (Kandar)