Wayang Beber Butuh Perawatan

oleh -621 Dilihat
oleh
wyg2
Wisto dan foto wayang beber. Foto: Kandar.

KARANGMOJO,(KH)– Warisan budaya wayang beber yang berada di Padukuhan Gelaran Desa Bejiharjo Kecamatan Karangmojo kondisinya cukup memprihatinkan. Pada beberapa bagian lembaran kain ada yang sobek karena termakan usia.

Wayang beber tersebut menurut penelitian merupakan produk sekitar ahun 1700 hingga 1800-an. Berbagai pihak baik pemerintah, swasta, institusi pendidikan, bahkan perseorangan telah berupaya memberikan perhatian dan bantuan untuk menjaga keutuhannya.

Tak hanya tertuju pada wayangnya saja, perhatian juga diberikan kepada Rubiyem selaku pemilik. Tempat tinggalnya pernah mendapat bantuan rehab dari seorang pengusaha yang tinggal di Ubud Bali. Hal tersebut dilakukan karena ketertarikannya terhadap benda warisan budaya.

“Itu dilakukan sebagai upaya penjagaan, selain pengakuan sebagai warisan budaya, kami juga pernah menerima dana perawatan dari Pemkab Gunungkidul,” kata Wisto anak Rubiyem Minggu (8/12/2014).

Untuk memperbaiki kerusakan kain bergambar yang lebih parah lagi, pihak Dinas Kebudayaan Gunungkidul dan DIY pernah menyarankan pemberian pengawet kimia, namun Wisto beserta keluarga menolaknya. Mereka khawatir hal tersebut justru lebih menambah kerusakan.

Selama ini upaya pengawetan dilakukan dengan cara alami, yaitu dengan pemberian bulu merak ketika disimpan dalam kotak. Penggantian atau pemberian bulu baru minimal lima tahun sekali.

Wisto berkeinginan agar kesenian wayang beber tetap eksis di waktu yang akan datang. Dirinya berencana untuk menekuni seni pedalangan, dengan harapan bisa memainkan wayang beber menggantikan dalang yang sudah sepuh.

“Harapan saya, ada regenerasi secara menyeluruh beserta wiyaganya. Mereka sudah berumur 60-an tahun keatas. Saya yakin pemuda lokal berminat. Kalau tidak, takutnya punah,” ujarnya.

Menurut Wisto, perhatian terhadap seni dan budaya bernilai sejarah belum maksimal. Wisto mengaku telah beberapa kali mengajukan proposal permohonan seperangkat alat musik gamelan, namun hingga saat ini belum membuahkan hasil.

“Saya pernah berkomunikasi dengan pihak Dinas Kebudayaan Gunungkidul, katanya pihaknya sudah memberikan, tapi sampai saat ini tidak ada. Tidak tahu juga, jika ada pihak-pihak yang memanfaatkan,” keluhnya. (Kandar/Bara)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar