Warga Ngasem Rejo Berhasil Mengembalikan kebudayaan yang Sempat Punah

oleh -6633 Dilihat
oleh
atraksi reog Ngasem Rejo. Foto : Atmaja
atraksi reog Ngasem Rejo. Foto : Atmaja
Atraksi reog Ngasem Rejo. Foto : Atmaja

PLAYEN, (KH) — Untuk tetap melestarikan kebudayaan dan tradisi yang ada memerlukan kesadaran dan tekad bersama untuk menjaga sebuah kebudayaan dan tradisi. Warga Padukuhan Ngasem Rejo berhasil melestarikan kembali beberapa kesenian yang ada di Padukuhan Ngasem Rejo, Desa Ngunut, Playen.

Beberapa Kesenian dan tradisi yang ada di Padukuhan Ngasem Rejo berhasil dilestarikan kembali setelah sempat hilang selama 30 tahun. Dengan dukungan dari perangkat Desa Ngunut, beberapa kesenian baru mulai dikembangkan warga Padukuhan Ngasem Rejo.

Kepala Dukuh Ngasem Rejo, Sunardi mengatakan, warga bersemangat untuk melestarikan kembali kesenian yang pernah ada di Ngasem Rejo. Semangat tersebut dapat tumbuh semata-mata agar Padukuhan Ngasem Rejo mempunyai ciri khas tersendiri.

“Seperti Kesenian Reog, Campursari, dan Ketoprak yang berhasil dikembangkan kembali oleh warga Padukuhan Ngasem Rejo,” katanya, Sabtu (28/02/2015).

Ia menjelaskan untuk melestarikan kembali sebuah kesenian memerlukan semangat dan tekad bersama. Hasilnya saat ini warga berinisiatif untuk kembali membuat group kesenian reog untuk laki-laki.

“Karena reog asli yang dahulu sempat ada adalah reog wanita jadi kita kembangkan group reog wanita terlebih dahulu,” imbuhnya.

Beberapa kesenian yang behasil dikembangkan lanjut, dia berkat swadaya warga. Menurutnya dengan semangat bersama untuk melestarikan kebudayaan dapat dicapai tanpa harus berharap kepada bantuan yang ada.

“Warga patungan untuk membeli gamelan dan beberapa seragam reog juga untuk kesenian Campursari dapat terbentuk dari swadaya warga Padukuhan Ngasem Rejo,” ujarnya.

Saat ini fokus utama warga mengenalkan kebudayaan dan tradisi kepada anak-anak yang berada di Padukuhan Ngasem Rejo. Hal ini dilakukan warga agar tradisi dan Kebudayaan yang ada tidak lagi terlupakan dan dapat lestari.

“Selain itu juga mengajarkan kepada anak akan pentingnya menjaga sebuah tradisi maupun kebudayaan. Dengan adanya regenerasi diharapkan kesenian dan tradisi tetap ada pada generasi selanjutnya,” pungkasnya. (Atmaja/Tty)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar