WONOSARI, (KH) — Rutan merupakan tempat pembinaan bagi narapidana yang tengah menjalani masa tahanan. Menghabiskan waktu di lembaga pemasyarakatan ,narapidana akan mendapat sejumlah pembinaan, baik agama maupun pengembangan diria. Beberapa kabar pernah memberitakan tentang pelanggaran demi pelanggaran yang dilakukan para napi, atau buruknya menejemen Rutan di Indonesia. Namun, keberhasilan dalam pembinaan nampaknya banyak luput dari perhatian.
Seperti yang dilakukan oleh sejumlah narapidana di Rutan Kelas II B Wonosari, belasan warga binaan nampak lihai memainkan alat musik tradisional gamelan jawa. Dengan lincah dan atraktif, warga binaan memainkan tembang jawa yang sebelumnya sudah kerap digunakan untuk berlatih. Dalam satu perangkat gamelan yang dimainkan, beberapa alat dimainkan oleh pegawai rutan yang merangkap juga sebagai pelatih bagi para napi. Saat dijumpai Kabar Handayani, kelompok tersebut tengah memainkan sebuah tembang untuk mengiringi kedatangan Kakanwil Kementerian Hukum dan HAM DIY Dwi Prasetyo Santoso yang saat itu akan mengecek kesiapan bangunan baru lapas anak.
Dari raut wajah para narapidana saat usai memainkan alat musik, tidak nampak beban dalam menjalani masa tahanan mereka. Mereka sibuk bercengkrama dan melemparkan candaan ke napi lainnya. Keakraban ini juga terjadi antara napi dan petugas rutan yang seakan tidak memberi jarak dalam berkomunikasi dengan narapidana.
Kepala Seksi Pelayanan Tahanan Rutan Kelas II B Wonosari, Ardiyana menjelaskan, hampir setiap sore warga binaan diajarkan untuk memainkan alat musik jawa. Para napi tersebut diajarkan oleh pegawai rutan yang kebetulan merupakan dalang asal Padukuhan Jaranmati, bernama Gesti Winwaluyo. Tak hanya itu, kepiawaian mereka memukul alat musik tidak hanya berasal dari pegawai rutan. Ada peserta dari warga binaan lain yang dahulu sering berlatih karawitan sebelum masuk penjara.
“Memang tidak semua, hanya sebagaian, dan mereka tampil saat ada acara-acara seperti ini,” ucapnya, Senin (10/08).
Ardiyana juga menambahkan, beberapa kegiatan lainnya seperti olahraga dan pendidikan agama juga diberikan kepada para napi setiap harinya. (Maria Dwianjani)