Varietas Baru, Kedelai Biosoy Mampu Panen 3 Ton Tiap Hektar

oleh -4352 Dilihat
oleh
Panen kedelai Biosy di Desa Bunder. (KH)

PATUK, (KH),– Kelompok Tani Makmur Tani di Desa Bunder Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul, DIY panen kedelai Biosoy, Minggu, (14/3/2020). Kedelai tersebut merupakan varietas baru.

Ketua Poktan Makmur Tani, Sarjiyo (79) mengungkapkan, pada tahap awal Kedelai Biosoy ditanam pada lahan 2 hektar. Lahan 10 hektar lainnya masih ditanam kedelai varietas Grobogan.

“Benih 120 Kg label putih didapat dari BPTP DIY. Selanjutnya hasil panen kedelai Biosoy akan dipergunakan sebagai benih kembali  untuk keperluan pertanaman di Musim Kemarau (MK) petani Desa Bunder,” papar Sarjiyo disela panen yang dihadiri Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) dan BPTP Balitbangtan DIY.

Menurutnya, animo petani cukup tinggi untuk menanam Biosoy diwaktu mendatang setelah mengetahui hasilnya. Direncanakan pada bulan Juni nanti akan ditanam kedelai jenis ini pada lahan seluas 10 hektar.

Sebagaimana diketahui, hasil ubinan kedelai varietas Grobogan sebanyak 1,3 ton wose per hektar sedangkan ubinan kedelai Biosoy mencapai 1,77 ton wose per hektar. Hasil kedelai Biosy lebih tinggi dibanding varietas Grobogan.

Peneliti BPTP DIY, Ir. Sutardi, MSc., menjelaskan, kedelai Biosoy merupakan kedelai varietas baru. Kedelai ini termasuk jenis kedelai besar karena berat untuk tiap 100 butirnya mencapai 22 gram. Lebih besar dari kedelai dari luar.

“Umur tanaman berkisar 80 sampai dengan 85 hari setelah hingga masuk panen. Potensi hasil bisa sampai 3 ton per hektar. Jika musim pertama pada saat hujan ubinan mencapai hanya 1,77 ton wose per hektar, namun diprediksi pada saat musim kemarau akan mencapai produksi 3 ton per hektar,” papar Sutardi.

Lanjut dia, pada musim tanam ke 2 hasil dapat lebih tinggi karena paparan cahaya matahari yang penuh. Adapun penampakan polong kedelai seperti varietas Idamame. Varietass ini bisa diolah sebagai cemilan. Jika kedelai direbus rasanya manis. Namun salah satu kelemahan kedelai Biosoy ini yakni saat tumbuh rentan kalah bersaing dengan rumput, Sehingga jika petani malas mengendalikan gulma rumput maka produksinya tidak maksimal. Untuk itu disarankan petani menanam dengan sistem tajarwo yang memudahkan pembersihan rumput.

Dalam kesempatan yang sama, Ir. Bambang Wisnu Broto mengakui saat ini minat petani menurun menanam kedelai. Dengan adanya varietas baru, diharapkan dapat memacu minat petani di Gunungkidul menanam kedelai karena potensi hasilnya tinggi.

“Saat ini sedang gencar upaya menaikkan luas tanam kedelai baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah agar swasembada kedelai tercapai,” kata dia. (Kandar)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar