Tradisi Sambatan Mampu Tekan Pengeluaran Petani

oleh -7530 Dilihat
oleh
Sambatan panen padi di Desa Wunung Wonosari. Foto: Atmaja.
ucapan Natal Golkar
Sambatan panen padi di Desa Wunung Wonosari. Foto: Atmaja.
Sambatan panen padi di Padukuhan Soka Desa Wunung Wonosari. Foto: Atmaja.

WONOSARI,(KH) — Memasuki masa musim panen adalah waktu yang paling sibuk bagi petani, mulai dari memanen, mengangkut hasil panenan, mengolahnya, kemudian diikuti nandur berbagai jenis tanaman untuk sisa musim hujan yang masih tersisa. Guna mempercepat dan meringankan pengeluaran, sebagian petani masih menggunakan sistem sambatan atau gotong royong.

Seperti yang dilakukan Sukino (52), warga Padukuhan Soka Desa Wunung Kecamatan Wonosari. Beberapa tetangga Sukino terlihat sibuk membantu memanen dan memulangkan padi hasil panenan di ladangnya.

“Pekerjaan dibagi-bagi. Ada yang membabat padi, ada yang mengikat dan sebagian membawa hasil panen ke mobil yang akan mengangkut,” ucapnya saat di temui oleh KH, Selasa (03/03/2015).

Ia menambahkan, kegiatan tersebut dilakukan secara bergantian kepada warga yang ikut melakukan sambatan. Untuk warga yang sudah mendapatkan jatah sambatan, selanjutnya membantu warga lain yang ingin memulangkan panenannya.

Hal ini dilakukan agar menekan biaya pengeluaran untuk memanen. “Setiap musim panen, sambatan masih tetap dilakukan karena membantu petani untuk mengurangi pengeluaran,” jelas Sukino.

Sementara itu, Triyanto (26), salah satu tetangga Sukino mengaku, sistem sambatan selain meringankan pengeluaran dan juga menambah keakraban antar tetangga. “Dalam samabatan petani juga bisa saling tukar pengalaman untuk hasil panen dari masing-masing petani,” ujarnya.

Ia mengaku mendapat giliran ke-5 untuk melakukan sambatan tersebut. “Ya, sebelum mendapatkan giliran sambatan harus membantu tetangga lain terlebih dahulu” tandasnya. (Atmaja).

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar