GUNUNGKIDUL, (KH),– Setelah menikmati libur panjang serta berkumpul dengan keluarga dan sanak saudara di kampung halaman Gunungkidul, pemudik kini bersiap kembali ke perantauan.
Sebelum menempuh perjalanan kembali ke kota tujuan, para perantau biasanya berburu buah tangan alias oleh-oleh. Olahan khas berbahan baku hasil bumi Gunungkidul menjadi satu pilihan favorit para perantau.
Pemilik kios oleh-oleh Tiwul Manis, Agus Lambang menyebutkan permintaan Tiwul Manis naik signifikan belakangan ini.
“Selain perantau yang hendak balik ke perantauan, wisatawan juga suka olahan Tiwul Manis,” kata Agus belum lama ini di kios miliknya di Jalan Baron.
Tak hanya Tiwul, olahan berbahan dasar ketela yang lain yakni olahan Gatot juga menjadi primadona perantau dan wisatawan.
Dalam sehari, Agus ungkapkan, setidaknya kiosnya mampu menjual 100 bungkus Tiwul dan Gatot. Tak hanya olahan yang siap saji, Tiwul dan Gatot instan juga ia sediakan.
“Gatot dan Tiwul instan untuk dimasak oleh wisatawan ketika sampai rumah masih-masing. Cukuo awet, mampu bertahan 6 bulan,” sambungnya.
Harga Tiwul Manis dijual Agus antara Rp12 hingga Rp18 ribu. Teegantung ukuran dan pilihan varian rasanya. Saat ini dia mampu mengolah Tiwul dengan berbagai rasa, ada original, gula jawa, kopi, serta keju.
Untuk olahan Gatot dan Tiwul instan, harga tiap kemasannya dijual Rp25 ribu.
Naiknya penjualan hingga mencapai sekitar 70 persen tak lepas dari kebijakan pemerintah memperbolehkan mudik dan dibukanya destinasi wisata di Gunungkidul.
Salah satu wisatawan, Dani mengaku suka dengan olahan Tiwul. Yang menarik bagi dia varian rasanya bisa beragam. (Kandar)