WONOSARI, kabarhandayani.– Tanaman garut merupakan sejenis tumbuhan yang menghasilkan umbi. Tanaman yang bernama latin Maranta arundinacea ini seringkali dianggap sebagai tanaman tak berfungsi. Namun, berkat tangan terampil Ngatilah (48) warga Padukuhan Gondangrejo, Desa Gari, Kecamatan Wonosari, Gunungkidul, umbi garut ini diolah menjadi produk yang berdaya jual lebih. Menurut Ngatilah, garut yang pada jaman dahulu dimanfaatkan sebagai pengganti makanan di musim paceklik ini sebenarnya dapat diolah menjadi makanan yang lebih berdaya jual seperti emping garut.
Ngatilah menuturkan, ia mulai mengolah garut sejak tahun 2011 setelah mendapat pelatihan dari Dinas Pertanian tentang manfaat garut dan pengolahannya. Garut yang diolah Ngatilah didapat dengan membeli dari warga sekitar yang membudidayakan garut. Mayoritas garut diperoleh dari garut yang ditanam warga Desa Gari dengan harga Rp 2.500,00/kg.
Ngatilah mengungkapkan, bersama satu rekannya setiap hari ia mampu membuat kurang lebih 2 kg emping. Dari 4 kg garut dapat diolah menjadi 1 kg emping dan dijual mentah dengan harga Rp 35.000,00 per kilonya. Sedangkan, ketika sudah matang dijual dengan harga Rp 100.000,00 per kilonya. Meskipun harganya cukup mahal, emping garut ini banyak diminati pembeli. Mayoritas peminatnya adalah warga yang memiliki penyakit gula, kolestrol tinggi dan asam lambung.
“Peminatnya akan meningkat ketika lebaran atau liburan. Banyak orang Jakarta dan Kalimantan yang memesan untuk menjadi oleh-oleh,” jelasnya sambil menumbuk garut pada Senin (30/6/2014).
Menurut penuturan Ngatilah, produk olahan garut ini diminati oleh pembeli karena dipercaya kasiatnya untuk menurunkan kadar gula dalam darah, menurunkan kolesterol dan asam lambung. Pembuatan emping garut pun cukup mudah. Garut dikupas kulitnya, dipotong kecil-kecil, dicuci dan diberi garam lalu dikukus. Setelah matang, garut ditumbuk sampai halus, dibentuk bulat kecil-kecil lalu dijemur hingga kering. Selain diolah menjadi emping, garut juga dapat diolah menjadi tepung garut.
“Selain untuk memanfaatkan tanaman yang dianggap tidak mempunyai faedah, produksi ini juga untuk melestarikan tanaman garut yang memang saat ini sudah langka,” pungkasnya. (Mutiya/Hfs)