Tiga Cabang Sate Pak Turut Diawali dari Jualan dengan Pikulan

oleh -1960 Dilihat
oleh
Warung sate Pak Turut, salah satu kuliner khas di Wonosari dan Karangmojo. KH/Kandar.
Warung sate Pak Turut, salah satu kuliner khas di Wonosari dan Karangmojo. KH/Kandar.
Warung sate Pak Turut, salah satu kuliner khas di Wonosari dan Karangmojo. KH/Kandar.

WONOSARI, (KH)— Bagi pecinta kuliner di Gunungkidul, nama Sate Kambing Pak Turut sudah tidak asing lagi. Warung masakan berbahan baku daging kambing yang populer di Gunungkidul ini berawal dari perjuangan seorang lelaki bernama Karnoto.

Karnoto atau saat masih kecil dipanggil Turut ini memulai berjualan sate dengan memikul dagangan berkeliling di seputar Pasar Karangmojo. Usaha ini dilakukannya sejak sekitar tahun 1980-1981. Ratmini, salah satu anak Karnoto menceritakan tidak begitu ingat kapan bapaknya memulai usaha tersebut.

Singkatnya, kini wirausaha kuliner dilanjutkan oleh ketiga anak Pak Turut, seperti halnya Ratmini yang membuka warung sate di dekat Pasar Bambu wilayah Kepek 2 Wonosari. “Selain saya, dua adik juga buka warung sate sendiri-sendiri, ada di Siyono Playen dan satunya di Karangmojo,” katanya saat menyiapkan masakan, (22/4/2014) pagi.

Ratmini menyebutkan, rasa menjadi senjata utama usaha kuliner keluarganya. Pembukaan cabang di Kota Wonosari merupakan permintaan pelanggan yang berdomisili di Wonosari. Selain memenuhi permintaan warga, kini warung tersebut menjadi langganan sejumlah pegawai perkantoran di Wonosari. Warung di Wonosari ini sudah buka sejak sekitar 18 tahun silam.

Ditambahkan Ratmini, beberapa pelanggan mengaku ingin kembali menyantap sate di warungnya. Selain rasanya lezat, beberapa alasan yang disampaikan pelanggan adalah dagingnya yang empuk, irisan yang besar kemudian penyajian nasinya menggunakan bakul.

“Selain sate, di warung kami juga menyediakan gulai kambing, thengkleng, dan tongseng, serta sate klathak,” tambah Ratmini.

Banyak pelanggan, lanjutnya, memesan masakan dalam dua porsi, sate dan gulai, sate dan tongseng dan lainnya. Ramainya pengunjung membuat warung dengan 5 karyawan ini rata-rata menghabiskan 2 ekor kambing tiap hari.

“Kalau pas libur sekolah bisa mencapai 3 ekor kambing. Terkadang menjelang atau paska hari Lebaran dan Natal sehari bisa habis 4 ekor kambing,” pungkasnya. (Kandar).

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar