Tergerus Zaman, Usaha Naptol Tak Mampu Bertahan

oleh -17905 Dilihat
oleh
Purnama, Penjahit/ tukang permak pakaian yang dahulu melayani jasa naptol. KH/ Kandar
Purnama, Penjahit/ tukang permak pakaian yang dahulu melayani jasa naptol. KH/ Kandar
Purnama, Penjahit/ tukang permak pakaian yang dahulu melayani jasa naptol. KH/ Kandar

WONOSARI, (KH)— Sepinya peminat membuat usaha yang terbilang jadul ini tak mampu bertahan. Seperti diketahui perkembangan trend berpakaian berjalan cepat, seakan tak butuh waktu lama mode pakaian  selalu berganti.

Selain banyak pilihan jenis pakaian dan harga yang tersedia untuk semua kalangan membuat minat kebiasaan masyarakat melakukan perawatan pakaian melalui jasa pewarnaan pakaian atau disebut Naptol berkurang.

Wirausaha naptol pun kini susah ditemui di pusat kota Wonosari, atau di pasar-pasar tradisional se-Gunungkidul. Seperti kata lelaki yang pernah menjalankan usaha ini, menurutnya bukan jarang lagi tetapi memang sudah tidak ada masyarakat yang melayani jasa Naptol.

“Saya berhenti sekitar 2008 akhir, peminat sepi tidak seperti dulu. Kini saya melayani permak pakaian saja,” kata Purnama salah satu pemilik kios di Pasar Besole, Selasa, (11/10/2016).

Saat ditemui ia sedang sibuk menyelesaikan beberapa potong pakaian milik pelanggan. Lelaki yang tinggal di Botodayakan, Rongkop ini mengisahkan, dahulu selepas pulang merantau di Jakarta ia membuka usaha jasa naptol pakaian pada tahun 2007.

Pada prakteknya, Purnama tidak mengerjakan sendiri usaha jasa tersebut, tetapi ia menalin kerjasama dengan pemilik usaha Naptol di Yogyakarta. “Dalam seminggu diambil dua kali, dalam setiap pengambilan rata-rata sekitar 10 potong pakaian dari kios saya dibawa ke Yogya,” terangnya.

Kerjasama tersebut dijalankan dengan sistem bagi hasil, 40 persen untuknya sebagai penerima order dan pemasar, lalu 60 persen menjadi hak pengusaha naptol dari Yogyakarta. Kesepakan pembagian hasil tersebut terkadang dibalik manakala peminat naptol juga menginginkan permak pakaian.

“Usaha Permak sama naptol berkaitan, sehingga apabila pelanggan menginginkan jasa permak otomatis saya yang mengerjakan, maka hak saya 60 %,” imbuh pria beranak 1 ini.

Ia masih ingat, jasa naptol berkisar antara Rp. 10 ribu hingga Rp. 20 ribu, tergantung jenis pakaian apakah jaket, celana atau kaos. Meski ada beberapa varian warna, warna hitam paling laris menjadi keinginan pelanggan.

“Sepertinya masyarakat sudah menganggap jadul atau kuno. Peminat semakin sedikit saya putuskan berhenti melayani jasa tersebut,” ungkapnya.

Ada yang menarik pada dinding ruangan tenpat usaha bernama Vermaks Warna Warni miliknya tersebut. Purnama memajang gambar Proklamator Indonesia, Bung Karno. Ia mengaku gambar itu terpampang dikiosnya semenjak ia membuka usaha pertama kali.

“Sejak kios belum permanen hanya menempel di tembok bangunan toko sebelah utara itu gambar beliau saya pajang. Kini berpindah kios, gambar tetap saya pajang. Ia inspirasi dan motivasi bagi saya, bagaimana tidak dia pendiri bangsa ini,” kata Purnama mengagumi kebesaran nama Presiden Pertama RI, Soekarno. (Kandar)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar